B20 Indonesia Dukung Standardisasi Global dalam Laporan Berkelanjutan

25 Juni 2022 19:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelompok Dialog Bisnis 20 (B20) Indonesia mendukung adanya standard global dalam penyusunan laporan keberlanjutan.
 Foto: Dok. KADIN
zoom-in-whitePerbesar
Kelompok Dialog Bisnis 20 (B20) Indonesia mendukung adanya standard global dalam penyusunan laporan keberlanjutan. Foto: Dok. KADIN
ADVERTISEMENT
Kelompok Dialog Bisnis 20 (B20) Indonesia mendukung standardisasi global dalam penyusunan laporan keberlanjutan (sustainability report) sebagai bagian dari penguatan tata kelola usaha yang berkelanjutan. Tujuannya untuk membantu para pengusaha menjaga kelangsungan investasi pada bisnisnya.
ADVERTISEMENT
Ketua B20 Indonesia Shinta Widjaja Kamdani mengatakan saat ini investor tidak hanya tertarik pada laporan keuangan yang menjelaskan keuntungan saja, namun lebih tertarik pada bisnis yang mengacu pada prinsip Environment, Social and Governance (ESG).
“Data dari IFAC menyebut, dari 1.400 bisnis hanya 51 persen saja yang memiliki laporan keberlanjutan. Ini yang harus kita selesaikan bersama karena dari laporan tersebut, perusahaan akan bisa dinilai stabilitas keuangannya,” katanya saat webinar B20 Side Event: Global Baseline for Business and Investors, seperti dikutip, Sabtu (25/6).
Lanjut dia, diperkirakan terdapat 600 laporan berbasis ESG berstandar global yang memiliki interpretasi berbeda tentang keberlanjutan. Karena itu, sangat penting untuk memiliki standar penyusunan laporan keberlanjutan yang konsisten dan memiliki aspek transparansi.
Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani. Foto: Dok. B20
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan dengan perkembangan standar keberlanjutan global, investor kini tidak hanya melihat dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan, namun juga isu lingkungan dan tata kelola usaha.
ADVERTISEMENT
“Ada tiga bottom line yaitu profit, people dan planet. ESG adalah nilai kita,” ujar dia.
Menurut Asrjad, semakin banyak pelaku bisnis di sektor privat memiliki laporan keberlanjutan. Menariknya, laporan sudah disusun sesuai ketentuan standardisasi nasional yang berlaku. Hanya saja pergeseran ini belum menyeluruh khususnya di kalangan UMKM yang saat ini jumlahnya sekitar 64,7 juta.
“Ini tantangan besar untuk laporan berbasis ESG yang transparan karena banyak UMKM yang belum paham keberadaan laporan berkelanjutan,” kata Arsjad.
Tantangan lainnya, penyusunan laporan berbasis ESG relatif kompleks dan mahal karena seringkali menggunakan jasa konsultan khusus. Namun, Arsjad meyakini KADIN Indonesia dapat mengenalkan dan meningkatkan lanskap ESG global kepada pengusaha di Indonesia.
Atas dasar itu, tahun ini KADIN Indonesia akan menginisiasi kerja sama bisnis berbasis ESG pertama di Indonesia. Arsjad menjelaskan ini dapat meningkatkan kesadaran pelaku bisnis terhadap IFRS Sustainability Disclosure Standards, yang akan berkontribusi positif terhadap investasi dan bisnis yang berkelanjutan.
Kelompok Dialog Bisnis 20 (B20) Indonesia mendukung adanya standard global dalam penyusunan laporan keberlanjutan. Foto: Dok. KADIN
Ketua Dewan Pengurus Nasional (DPN) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Mardiasmo menyambut baik kegiatan sosialisasi pentingnya standardisasi penyusunan dan pengembangan laporan keberlanjutan ini, sebagai bagian dari kegiatan G20 Indonesia.
ADVERTISEMENT
IAI bertekad untuk membangun dan mengoptimalisasikan laporan berbasis ESG yang kuat di Indonesia, sesuai dengan misi utama Kongres IAI ke-14 yang akan berlangsung pada 13-15 Desember 2022 mendatang.
Mardiasmo juga berkata, IAI akan memperjuangkan perubahan aturan dasar di organisasinya untuk mengakomodir serangkaian standar yang berlaku dalam penyusunan laporan berbasis sustainability governance.
“Ini merupakan bentuk kepercayaan pemerintah dan stakeholder yang telah mempercayakan laporan bisnisnya pada IAI,” tandasnya.