Bahlil Lahadalia: RI Tidak Akan Ekspor Energi Baru Terbarukan

18 Mei 2022 12:24 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat Penandatanganan MoU dengan Menteri PPN/Bappenas di Jakarta, Jumat (1/4/2022). Foto: Humas BKPM
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat Penandatanganan MoU dengan Menteri PPN/Bappenas di Jakarta, Jumat (1/4/2022). Foto: Humas BKPM
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, menegaskan kembali komitmen Indonesia mengembangkan industri energi baru dan terbarukan (EBT) dan industri hilirisasi, seiring dengan perhelatan presidensi G20.
ADVERTISEMENT
Soal pengembangan EBT, Bahlil menegaskan Indonesia harus mulai melakukannya. Sebab tuntutan pasar global mengenai produk ramah lingkungan yang dihasilkan menggunakan sumber EBT semakin besar.
"Sekarang pasti di dunia orang sudah mulai cek ini produk ini dari mana, memakai batu bara atau pakai energi baru terbarukan. Kalau batu bara mungkin harganya laku tapi pasti jatuh," ujar Bahlil saat Road to G20 Investment Forum, Rabu (18/5).
Dia pun mengungkapkan arahan terbaru dari pemerintah soal pembangunan EBT ini. Pemerintah memastikan ketersediaan pasokan listrik dari EBT cukup terlebih dahulu di dalam negeri, sehingga tidak akan diekspor.
"Saya baru dapat arahan kemarin, Pemerintah Indonesia belum berpikir untuk mengekspor energi baru terbarukan kepada negara mana pun. Ini informasi terbaru," ungkap Bahlil.
Energi Baru Terbarukan di Pantai Baru, Bantul Foto: Resya Firmansyah/ kumparan
Walaupun menutup keran ekspor EBT, Bahlil memastikan Indonesia tidak akan tertutup dari investasi asing untuk membantu pengembangan EBT di daerah mana pun Indonesia. Karena yang penting, pasokan EBT bisa melimpah.
ADVERTISEMENT
"Silakan investasi, di Kepri monggo, tetapi kita belum terpikir untuk mengekspor energi baru terbarukan kepada negara mana pun. Karena kita akan pakai dulu di dalam negeri, cukup dulu, silakan kalau berinvestasi dalam negeri," tuturnya.
"Karena kalau listriknya kita jual ke negara lain, maka industri itu akan lari ke sana. Cara-cara ini sudah harus kita hentikan untuk bangsa dan negara ke arah yang lebih baik," kata dia menambahkan.
Adapun soal pengembangan industri hilirisasi, Bahlil menjelaskan Indonesia sudah berkomitmen kuat melalui pelarangan ekspor bahan mentah (raw material), seperti bijih nikel, bauksit, dan timah.
"Kami menerjemahkan dengan transformasi ekonomi itu lewat hilirisasi dengan pendekatan pengelolaan sumber daya alam. Ekspor nikel kita stop, bauksit sebentar lagi kita stop, dan di 2022 di akhir ini juga kita akan menyetop ekspor timah," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Khusus industri hilirisasi nikel, Bahlil berkata sudah banyak perusahaan besar dunia berminat berinvestasi untuk pabrik baterai dan mobil listrik. Misal CATL, LG, VW, Foxconn hingga Tesla. Hal ini berkat cadangan nikel Indonesia merupakan terbesar di dunia dengan porsi 25 persen.
"Baik itu Foxconn, LG, Tesla, kami katakan kepada mereka bahwa silakan kami memberikan kalian tempat yang paling terbaik di Batang, tetapi untuk urusan tenaga kerjanya, kami minta dipergunakan sebanyak-banyaknya dari tenaga kerja dalam negeri," tegasnya.