Bambang Brodjonegoro Jelaskan Penyebab Sektor Manufaktur RI Terus Merosot

4 Agustus 2021 13:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro.
 Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
zoom-in-whitePerbesar
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro bicara pentingnya mengubah paradigma dalam transformasi ekonomi. Perubahan kerangka ini ia nilai bakal menjadi modal penting buat mengerek kelas perekonomian Indonesia sebelum 2045.
ADVERTISEMENT
Menurut mantan menteri yang kini menjabat Komisaris Utama Telkom, selama ini perekonomian indonesia sangat bertumpu pada kekayaan alam. Dari sisi yang satu ini, dia mengakui bahwa sumber daya alam Indonesia berlimpah dan bahkan begitu menggoda bagi banyak negara.
Namun, Bambang menilai pertumbuhan ekonomi semestinya tak lantas bertumpu hanya pada kekayaan alam semata. Dia menekankan pentingnya peralihan menuju inovasi dan teknologi.
"Saya amaze melihat daftar kita termasuk 5 atau produsen terbesar di berbagai komoditas tambang maupun pertanian. Problemnya, kita terlalu terbuai dengan kekayaan alam, lupa melakukan sesuatu yaitu inovasi," jelas Bambang dalam acara 50 tahun CSIS yang digelar virtual, Rabu (4/8).
Eks Kepala Bappenas itu melanjutkan, perubahan paradigma dalam transformasi ekonomi yang ia maksud yakni dengan meninggalkan natural resources base economy alias ekonomi berbasis kekayaan alam, dan beralih menuju inovation base economy.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, bertumpu pada kekayaan alam ini membuat Indonesia tidak bisa sungguh-sungguh mengembangkan sektor manufaktur. Ini disinyalir jadi penyebab rasio manufaktur terhadap produk domestik bruto atau GDP terus-terusan turun.
"Kelihatannya mungkin terlalu ambisius atau dianggap mission impossible, saya melihat keberadaan natural resources menggoda banyak pihak. Itu membuat rasio manufacturing terhadap GDP terus turun dari 30 sampai 19 persen terakhir, itu karena godaan natural resources," pungkas Bambang.
Soal inovasi ini, menurutnya Indonesia perlu nilai tambah yang berkelanjutan. Misalnya, walaupun dengan tetap mengandalkan kelebihan sumber daya alam namun tak membiarkan kekayaan itu dijual secara mentah.
Salah satu contoh terdekat yang bisa dilihat menurutnya adalah terkait komoditas nikel. Alih-alih berbangga sebagai pengekspor nikel mentah yang kemudian membuat negara lain jadi produsen baterai kendaraan listrik, semestinya Indonesia bisa menjadi salah satu produsen.
ADVERTISEMENT
"Indonesia terkenal sebagai eksportir nikel terbesar, kita jangan bangga dengan itu terus. Apa seharusnya kebanggaan? Kalau jadi leading producer baterai kendaraan listrik misal," pungkas Bambang Brodjonegoro.