KONTEN SPESIAL, Bandara Kertajati, Suasana kos-kosan di sekitar Kertajati

Bandara Kertajati Jadi, Penghuni Kos pun Pergi

20 April 2019 16:01 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kos-kosan di sekitar Kertajati. Foto: Putri Sarah Arifira & Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kos-kosan di sekitar Kertajati. Foto: Putri Sarah Arifira & Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Bandar udara bukan semata tempat orang datang dan pergi menggunakan pesawat terbang. Bandara juga menjadi sebuah pusat kegiatan ekonomi. Itulah juga yang dibayangkan, saat Pemerintah Provinsi Jawa Barat membangun Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka.
ADVERTISEMENT
Harapannya, keberadaan bandara baru itu akan membangkitkan aneka kegiatan ekonomi, termasuk masyarakat di sekitar bandara tersebut.
Hal itu awalnya dirasakan benar oleh Rofi, seorang ibu warga Kecamatan Sukamulya, yang rumahnya tak begitu jauh dari gerbang Bandara Kertajati. Di rumahnya, dia memiliki belasan kamar kos yang disewakan seharga Rp 800 ribu per bulan. Harga yang lumayan untuk di pedesaan.
Suasana kos-kosan di sekitar Kertajati. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Dengan fasilitas tempat tidur, lemari, kamar mandi di dalam, serta beberapa di antaranya ber-AC, kamar kos milik Rofi pernah seluruhnya terisi penuh oleh penyewa. Padahal, kamar kos-nya berlokasi di sebuah gang, bukan di tepi jalan raya. Ekonomi pun berdenyut, setidaknya begitulah yang dirasakan Rofi.
“Dulu (kamar kos) penuh disewa. Enggak bisa nerima lagi,” katanya kepada kumparan, akhir Maret lalu.
ADVERTISEMENT
Tapi itu dulu, saat proyek pembangunan bandara dimulai. Penghuni kamar kos-nya adalah para pegawai kontraktor proyek bandara.
Tapi seiring rampungnya proyek bandara, para pekerja pun kini pergi meninggalkan kamar kos sewaan milik Rofi. Pegawai pengelola bandara saat ini, tak sebanyak pekerja proyek dulu. Apalagi dalam sepekan, hanya ada satu rute penerbangan di Bandara Kertajati.
Suasana kos-kosan di sekitar Kertajati. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Menurut catatan humas Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), jumlah pegawai saat pembangunan konstruksi itu sekitar 250-an orang. Pembangunan bandara tahap 1A kala itu gencar dilakukan pada 25 Februari 2015 dan pekerjaan jalan pada Juni 2017.
Namun setelah setahun beroperasi, Rofi bilang, kosnya lebih sepi dibandingkan sebelumnya. Para pegawai yang dulunya bekerja di Bandara Kertajati sebagian telah pergi. Tak terkecuali karena kian berkurangnya intensitas penerbangan.
ADVERTISEMENT
“Pas pertama itu dari Angkasa Pura, tenaga bantuan. Setahun yang dulu. Waktu pertama pembukaan itu, puasa. 14 kamar penuh. Sekarang tinggal 5 kamar aja,” katanya ditemui kumparan di kediamannya di sekitar kawasan Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Kamis (28/3).
Suasana kos-kosan di sekitar Kertajati. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Hal itu dibenarkan oleh salah seorang penghuni kos yang merupakan pegawai proyek kargo Bandara Kertajati, Eddy.
Garudanya cancel terus. Mereka balik, sekitar 11-an orang,” kata lelaki asal Tangerang yang juga eks-pegawai Bandara Soekarno Hatta.
Pengakuan yang sama diungkap oleh warga yang berada tak jauh dari lokasi itu, Dede. Ia mengatakan, rumah mertuanya pernah menjadi tempat menginap bagi para pekerja konstruksi yaitu tak kurang dari 20 orang, kala itu. Tapi sekarang, tidak lagi, karena pembangunan bandara sudah rampung.
ADVERTISEMENT
“Dulu sempat disewa para pekerja bangunan bandara buat setahun gitu, satu rumah milik mertua, ya lumayan sebenarnya karena mereka juga bayar buat bersihin rumah dan nyuci juga,” kata dia.
Suasana kos-kosan di sekitar Kertajati. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Dede menambahkan, warungnya yang berdekatan dengan lokasi kos juga pernah menjadi andalan bagi mandor konstruksi untuk membeli bungkusan nasi.
“Biasanya tiap siang dan sore gitu, beli 15 bungkus pas masa-masa pembangunan,” imbuh lelaki berusia 38 tahun itu.
Kata Dede, saat ini cukup berkurang jumlah langganan dari para pekerja bandara. Untungnya, ia saat ini masih bisa menggantungkan para pelanggan lain yang datang dari sekolah penerbangan dan pegawai bank di sekitar lokasi warung nasinya.
“Ya berharapnya sih, kalau udah ramai penumpang di bandaranya nantinya kita juga bakal tambah banyak yang beli, apalagi bisa juga tambah jualan oleh-oleh,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menyusuri sekitar sekilo meter menuju gang perumahan lainnya, kumparan kemudian juga menemukan banner-banner bertuliskan promosi ‘menerima kos’. Ada sekitar enam rumah berpagar, sebagian tampak terkunci, sebagian lainnya membuka pintu.
Warung di sekitar Kertajati. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Seorang ibu penjual bakso bernama Sri Rahayu atau Enci menyambut kami. Ia pun tak memungkiri, saat ini jumlah penyewa kos yang merupakan pegawai di lingkungan sekitarnya kian berkurang. Hal itu, katanya, turut berdampak pula bagi usahanya.
“Dulu sempat jualan fashion ramai, tapi karena bandara kan ditutup jalan ke desa lain, jadi akhirnya jualan jus dan bakso pas ada kos, sekarang ya paling setengah dari penghasilan sebelumnya. Ada juga cabang di jalan raya sana dekat pintu masuk, tapi masih belum untung sekarang,” ucapnya.
Suasana kos-kosan di sekitar Kertajati. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Ia lantas mengantarkan kami kepada kerabatnya yang kebetulan menjadi pemilik kos, Trisno.
ADVERTISEMENT
“Di sini sebelumnya para pekerja bandara yang nempati, sekarang ada pegawai BIJB, ada juga SMK penerbangan, sekitar 4 kamar,” kata dia.
Di kos itu, harga kos pun dibanderol rata-rata Rp 900 ribu dengan fasilitas lengkap, termasuk AC.
“Kalau yang Rp 500 ribu ada tuh di kos depan, yang kipas tapi biasa,” imbuhnya.
Sri Rahayu pemilik kos-kosan di sekitar Kertajati. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Trisno yang merupakan penduduk asli setempat mengaku telah memprediksi bakal adanya geliat ekonomi yang terdampak akibat pencanangan bandara di sekitar tempat tinggalnya.
“Sejak 2015-an ya itu, ya sudah ada kabar mau ada bandara, jadi ya memang disiapkan tempat tinggal bisa buat kos,” ungkapnya.
Meski begitu, Trisno mengatakan, adanya bandara itu masih belum banyak dirasakan dampaknya bagi warga sekitar. Bukan saja, bagi rumahnya yang dikoskan tapi penyerapan kerja bagi warganya.
ADVERTISEMENT
“Nomor satu lapangan pekerjaan, jadi PR besar buat BIJB. Mayoritas di sini SMA, di bandara itu sudah ada 1 atau 2 yang bekerja. Cleaning service kebanyakan, tapi masih terbatas,” ujar lelaki yang menjadi tetua bagi pemuda setempat di desa itu.
Suasana di Bandara Kertajati. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Meski begitu, Trisno menyampaikan, pernah ada pelatihan yang diadakan oleh BIJB yang melakukan pembinaan masyarakat terkait keberadaan Bandara Kertajati.
“Ada perwakilan karang taruna mengikuti seminar tentang travel, bagaimana mengembangkan dunia travel, mengembangkan pariwisata, pembinaan pendidikan masyarakat, dan prospek yang berkembang. Dibina sama raja tourist and travel, apa ya namanya, kalau tidak salah,” terangnya.
Hingga kini, Trisno mengaku masih berharap agar ekonomi masyarakat sekitar Bandara Kertajati kian menggeliat seiring pengembangan Bandara Kertajati nantinya. “Di situ nanti juga perlu adanya pembinaan, membangun masyarakat yang mandiri,” tutupnya.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten