Untitled Image

Bangun Kepedulian Terhadap Iklim, SIG Jadi Produsen Semen Rendah Emisi Karbon

12 Oktober 2021 17:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Berdasarkan data Carbon Brief (2015), Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) keempat terbesar di dunia. Melihat fakta tersebut, pemerintah berkomitmen untuk dan menargetkan Indonesia untuk mengurangi emisi sebesar 29-41 persen pada tahun 2030.
Dengan motivasi tersebut, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) —melalui pilar Cilmate & Energy perusahaannya— menjadi produsen semen yang berkomitmen untuk menggunakan bahan bakar alternatif dalam proses produksi semen. Beberapa bahan bakar alternatif yang digunakan antara lain sekam padi, cocopeat, serbuk kayu, spent earth, aval tembakau, resin, sludge, cigarette waste, plastik riject, kertas riject dan oli bekas.
Tahun 2020, volume penggunaan AFR mencapai 248.427 ton, meningkat dibanding tahun 2019 sebanyak 232.904 ton. Sehingga tingkat Thermal Substitution Rate (TSR) 2020 menjadi 4,04 persen. Upaya ini bertujuan untuk mengolah energi, mengurangi emisi Co2, mendapatkan CER-CDM Project, sebagai solusi penanganan limbah pertanian di lingkungan sekitar pabrik, menciptakan pabrik yang ramah lingkungan serta mendukung program pemerintah terkait perubahan iklim.
Edupark atau program perkebunan, pertanian, perikanan dan peternakan terpadu (P4T) di sekirar Pabrik PT Semen Gresik, Rembang. Dok. SIG.
SIG juga menjadi pelopor pemanfaatan sampah domestik menjadi Refuse Derived Fuel (RDF), dimana sepanjang 2020 SIG menggunakan 532.260 ton RDF sebagai pengganti batu bara di fasilitas produksinya.
Dengan melakukan substitusi bahan bakar tradisional menjadi bahan bakar alternatif, SIG berusaha untuk mereduksi emisi gas rumah kaca, emisi udara, hingga efisiensi energi di seluruh operasional perusahaan.
Berbagai inisiatif terus dilaksanakan untuk mencapai clinker factor dan Thermal Substitution Rate yang optimal.
Fasilitas pengelolaan sampah di Pabrik Narogong. Dok. SIG.
Intensitas emisi karbon industri SIG pada tahun lalu tercatat jauh di bawah rata-rata, yakni 607 kg CO₂ per ton semen. Meskipun sudah mencapai target jangka pendek, tingkat emisi karbon ini pun masih terus akan ditekan; sebagaimana target jangka panjang SIG adalah berkurangnya emisi CO₂ per ton semen dengan ekuivalen sebesar 16 persen di tahun 2024.
Beriringan dengan segala target kuantitatif yang telah ditetapkan, SIG —yang mengusung konsep smart factory dan green industry— juga memiliki capaian keduanya, yaitu mengubah area bekas tambang batu kapur produksinya menjadi kawasan hutan. Tujuannya, merestorasi dan mengembangkan potensi pariwisata bagi masyarakat sekitar.
Dengan segala usahanya di atas, SIG memastikan bahwa perusahaan tidak boleh hanya profitable (menguntungkan), tetapi juga responsible (bertanggung jawab) dan sustainable (berkelanjutan).

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar dan Energi Alternatif

Aktivitas bongkar muat sekam padi yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif di Pabrik Tuban. Dok. SIG.
Hingga saat ini, terdapat beberapa bahan bakar alternatif yang digunakan oleh SIG Group dalam intensitas tinggi. Ada sekam padi, cocopeat (sabut kelapa), limbah tembakau, kertas dan serbuk gergaji hingga sampah kota.
Implementasi nyata dibuktikan di semua pabrik yang dimiliki SIG, yang telah menggunakan biomassa sebagai bahan bakar alternatif. Di pabrik Solusi Bangun Andalas (Aceh), Semen Padang (Sumatera Barat) dan Semen Tonasa (Sulawesi Selatan), misalnya, bahan bakar alternatif yang dipakai berasal dari sekam pagi dan serbuk gergaji.
Sedangkan sejak 2008 lalu, seluruh operasional di Pabrik Tuban, Jawa Timur, sudah menggunakan bahan bakar biomassa dari sekam padi, sabut kelapa, limbah tembakau, dan biji jagung. Semua limbah pertanian itu didapat dari sejumlah kabupaten di Jawa Timur, antara lain Tuban, Lamongan, Bojonegoro, dan Banyuwangi.
Tahun 2020, setiap bulan Pabrik Tuban menerima kiriman sekam padi sebanyak 2.788 ton, cocopeat 826 ton, limbah tembakau 244 ton, serta kertas reject sebanyak 90 ton.

SIG Kelola Tempat Sampah Percontohan

Lokasi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Refused Derived Fuel (TPST RDF) di Cilacap, Jawa Tengah. Dok. SIG
Melalui PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI) pabrik Cilacap dan Narogong, SIG memanfaatkan sampah kota yang sebelumnya telah diolah menjadi Refused Derived Fuel (RDF) sebagai energi alternatif pengganti batu bara.
Pada bulan Juli 2020, SBI bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, meresmikan fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar RDF di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu di Tritih Lor, Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah,dan merupakan fasilitas pengolahan domestik terpadu pertama di Indonesia.
Pengolahan RDF tersebut memiliki kapasitas pengolahan 120 ton per hari yang dapat menghasilkan 60 ton RDF untuk menggantikan sekitar 40 ton penggunaan batu bara. Angka ini merupakan pencapaian yang baik bagi industri besar SIG yang akan selalu aktif melakukan proses pembakaran dalam produksinya.
Selain itu, SBI juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta dan PT Unilever Indonesia dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah domestik di TPST Bantargebang. Kerja sama tersebut dilaksanakan pada zona tertentu di TPST Bantargebang yang telah berusia lebih dari 10 tahun.
Proses mengubah sampah menjadi bahan bakar meliputi penggalian dan pengayakan. Lalu dikirim ke lokasi Pabrik SBI di Narogong, Jawa Barat untuk dicacah, dan melalui proses pengurangan kadar kelembaban dengan campuran material lain guna menghasilkan RDF yang memenuhi standar kualitas alternatif bahan bakar untuk pabrik semen.
Produk RDF yang akan dihasilkan dari proyek awal ini minimum 1.000 ton/bulan, di mana 80-90% nya terdiri dari sampah plastik yang akan dimanfaatkan oleh SBI sebagai sumber energi alternatif.
Tentunya langkah pasti SIG untuk mencapai target tidak dapat dilakukan dengan asal-asalan. Selain memanfaatkan bahan bakar alternatif, SIG juga menjalankan beberapa strategi untuk mengurangi emisi karbon, melalui pemanfaatan gas buang pabrik menjadi listrik dengan penggunaan teknologi WHRPG (Waste Heat Recovery Power Generation).
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan SIG
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten