Bank Dunia Proyeksi Ekonomi Global 2024 Melambat: Waspadai Kenaikan Utang

10 Januari 2024 7:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Dunia (World Bank) memproyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini melambat ke 2,4 persen. Prediksi ini lebih rendah dibandingkan proyeksi ekonomi global di tahun lalu sebesar 2,6 persen, maupun realisasi 2022 sebesar 3,0 persen dan 2021 6,2 persen.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Rabu (10/1), Bank Dunia juga mengingatkan bahwa perlambatan ekonomi global tahun ini bisa memperpanjang kemiskinan dan meningkatkan tingkat utang di banyak negara berkembang.
"Dilumpuhkan oleh pandemi COVID-19, kemudian perang di Ukraina dan lonjakan inflasi dan suku bunga di seluruh dunia, paruh pertama tahun 2020-an tampaknya akan menjadi kinerja setengah dekade terburuk dalam 30 tahun," kata Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia, Ayhan Kose.
Kose juga mengatakan, jika tidak memperhitungkan kontraksi pandemi pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan menjadi yang terlemah sejak krisis keuangan global tahun 2009.
Seorang seniman menyelsaikan mural yang dia sebut "healthy lungs" di Seattle, Washington, Amerika Serikat (30/3). Foto: REUTERS/Jason Redmond
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 2,7 persen, namun angka ini turun dari perkiraan bulan Juni sebesar 3,0 persen karena adanya antisipasi perlambatan di negara-negara maju.
ADVERTISEMENT
Tujuan Bank Dunia untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem pada tahun 2030 tampaknya tidak akan tercapai karena aktivitas ekonomi terhambat oleh konflik geopolitik.
“Tanpa koreksi besar-besaran, tahun 2020-an akan menjadi dekade dengan peluang yang terbuang sia-sia,” kata Kepala Ekonom Grup Bank Dunia, Indermit Gill.
“Pertumbuhan jangka pendek akan tetap lemah, membuat banyak negara berkembang, terutama negara-negara termiskin, terjebak dalam perangkap, dengan tingkat utang yang sangat besar dan lemahnya akses terhadap pangan bagi hampir satu dari setiap tiga orang,” tambah Gill.
Ekonomi China Lebih Lemah
Ekonomi China diproyeksi melambat ke 4,5 persen. Proyeksi ini merupakan yang terlemah dalam tiga dekade terakhir, di luar tahun 2020 dan 2022 yang terkenda dampak pandemi.
ADVERTISEMENT
Proyeksi ekonomi China yang melambat itu sebagai dampak dari melemahnya belanja konsumen di tengah berlanjutnya gejolak sektor properti, dengan pertumbuhan tahun 2025 terlihat semakin melambat menjadi 4,3 persen.
“Namun secara umum, pertumbuhan yang lebih lemah di Tiongkok mencerminkan kembalinya perekonomian ke jalur pelemahan potensi pertumbuhan akibat penuaan dan penyusutan populasi, meningkatnya utang yang menghambat investasi dan, dalam arti tertentu, mempersempit peluang untuk mengejar ketertinggalan produktivitas,” kata Kose.
Ilustrasi krisis properti di China. Foto: Isaac Lawrence/AFP
Negara-negara emerging market dan negara berkembang secara keseluruhan diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,9 persen tahun ini, turun dari 4,0 persen pada tahun 2023.
"Kecepatan tersebut tidak cukup untuk mengangkat populasi yang terus bertambah keluar dari kemiskinan," jelas Kose.
Meski demikian, Bank Dunia mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan, terutama di negara-negara emerging market dan berkembang adalah dengan mempercepat investasi tahunan senilai USD 2,4 triliun. Hal ini diperlukan untuk transisi ke energi ramah lingkungan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
"Bank Dunia menilai percepatan investasi dan berkelanjutan sekitar 4 persen per tahun dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan per kapita, output manufaktur dan jasa, serta meningkatkan posisi fiskal negara," kata dia.
Namun untuk mencapai percepatan tersebut umumnya memerlukan reformasi yang komprehensif, termasuk reformasi struktural untuk memperluas perdagangan lintas batas dan aliran keuangan serta perbaikan dalam kerangka kebijakan fiskal dan moneter.