Bank Indonesia Beberkan Penyebab Penyaluran Kredit Perbankan Melambat

19 Desember 2019 19:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry warjiyo hadiri rapat koordinasi pemerintah di Bank Indonesia. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry warjiyo hadiri rapat koordinasi pemerintah di Bank Indonesia. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit perbankan pada November 2019 hanya 6,53 persen, lebih rendah dibandingkan realisasi periode bulan sebelumnya sebesar 7,89 persen.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan kondisi tersebut disebabkan beberapa faktor. Salah satu yang paling signifikan karena permintaan kredit korporasi yang belum kuat.
"Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada Oktober 2019 hanya 6,29 persen secara tahunan, menurun dibandingkan periode September 2019 sebesar 7,47 persen," ujar Perry Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/12).
Perry memprediksi pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini hanya mencapai sekitar 8 persen. Ditopang oleh pertumbuhan DPK yang juga sekitar 8 persen.
Tahun depan, pertumbuhan kredit dan DPK diprediksi mulai membaik. Masing-masing bisa tumbuh di kisaran 10-12 persen dan 8-10 persen sejalan prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Perry, ke depan Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait.
ADVERTISEMENT
"Sehingga dapat tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan," ujarnya.
Perry memastikan transmisi pelonggaran kebijakan moneter tetap berjalan dengan kecukupan likuiditas perbankan yang terjaga. Likuiditas di pasar uang dan perbankan tetap memadai.
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
Hal itu, kata dia, tercermin pada rata-rata harian volume PUAB pada November 2019 yang tetap tinggi sebesar Rp 17,96 triliun, serta rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tetap besar yakni 18,44 persen pada Oktober 2019.
"Transmisi suku bunga di pasar uang berjalan cukup baik, tercermin pada penurunan suku bunga PUAB tenor 1 minggu sebesar 115 bps menjadi 5,03 persen dan suku bunga JIBOR tenor 1 minggu sebesar 119 bps menjadi 5,05 persen sejak Juli 2019," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, transmisi suku bunga perbankan berlanjut, meskipun belum optimal. Rata-rata tertimbang suku bunga deposito pada November 2019 tercatat 6,32 persen, turun 51 bps sejak akhir Juni 2019 sebelum BI7DRR mulai diturunkan di bulan Juli 2019.
Bank Indonesia juga mencatat suku bunga kredit modal kerja turun 18 bps sejak Juni 2019 atau 32 bps sejak Januari 2019 menjadi 10,24 persen pada November 2019.
Penurunan suku bunga perbankan juga diikuti oleh penurunan yield obligasi korporasi dan yield SBN 1 tahun masing-masing 73 bps dan 125 bps sejak Juli 2019.
Sementara pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2019, bergerak sejalan dengan pola pertumbuhan ekonomi yakni masing-masing 6,63 persen (yoy) dan 6,34 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
"Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi di pasar uang, serta memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif," katanya.