Bank Indonesia Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan

22 Oktober 2019 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Kalangan ekonom memprediksi Bank Indonesia masih akan menahan bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang akan digelar 23-24 Oktober 2019.
ADVERTISEMENT
Alasannya, suku bunga yang telah diturunkan sebanyak 3 kali sebesar 75 bps dinilai tak ampuh turunkan suku bunga perbankan. Saat ini, bunga acuan dipatok 5,25 persen.
Ekonom senior Bank Negara Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto, mengatakan bank sentral punya peluang kembali menurunkan suku bunga. Namun, dia menilai langkah tersebut belum akan dilakukan.
"Masalahnya, semua upaya BI sudah dilakukan dengan baik dan benar (kebijakan moneter yang longgar), namun belum berdampak ke permintaan kredit dan ketatnya likuiditas bank. Karena kebijakan fiskal yang counter cyclical yang sifatnya menjadi stimulus ekspansioner belum dilakukan kementerian keuangan," ujar Kiryanto kepada kumparan, Selasa (22/10).
Kiryanto menyayangkan kondisi tersebut. Sebab, tinggal dua bulan lagi sampai di penghujung tahun 2019. Maka, pemerintah harus lebih menggenjot belanja modal agar PDB bisa terkatrol.
ADVERTISEMENT
"Intinya, belanja barang dan belanja modal pemerintah (K/L) harus segera dilakukan supaya PDB di Kuartal 4 bisa tumbuh di atas 5 persen," kata dia.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira pun sepakat. Pihaknya meramalkan Bank Indonesia masih akan menahan bunga acuan.
"Untuk RDG kali ini mungkin BI akan tahan dulu bunga acuannya. Penurunan suku bunga BI setahun terakhir belum efektif menurunkan bunga kredit perbankan," imbuhnya.
Bhima tak menyangkal masalahnya ada di pengetatan likuiditas bank. Akhirnya, bank tetap menjaga bunga yang tinggi. Sebab menurunkan suku bunga secara cepat dikhawatirkan bisa membuat deposan kabur ke perbankan lainnya.
"Jadi operasi moneter yang lebih urgen adalah melonggarkan likuiditas. Kuncinya bisa di penurunan GWM (Giro Wajib Minimum) lagi," ujarnya.
ADVERTISEMENT