Bank Indonesia: Indeks Manufaktur Turun Tajam, Hanya 28,55 Persen

13 Juli 2020 12:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pabrik garmen. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pabrik garmen. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri pengolahan menunjukkan penurunan yang signifikan selama kuartal II 2020. Hal ini berdasarkan indeks manufaktur atau Prompt Manufacturing Index (PMI)-Bank Indonesia (BI) yang juga mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan kegiatan dunia usaha kuartal II 2020 yang dirilis BI, PMI-BI selama kuartal kedua ini hanya 28,55 persen, turun dari kuartal sebelumnya yang sebesar 45,64 persen maupun periode yang sama tahun lalu 52,66 persen.
“Menurunnya PMI-BI pada kuartal II tidak terlepas dari kondisi pandemi COVID-19 yang mendorong penurunan aktivitas produksi maupun distribusi," tulis laporan tersebut seperti dikutip kumparan, Senin (13/7).
Berdasarkan kegiatan usahanya, seluruh subsektor mengalami kontraksi atau berada di bawah batas minimal atau threshold sebesar 50 persen. Kontraksi terdalam terjadi pada komponen volume produksi dengan indeks 25,36 persen, memburuk dari kuartal sebelumnya sebesar 43,10 persen.
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Penurunan volume produksi selanjutnya berdampak pada menurunnya kecepatan penerimaan barang input, dengan indeks 26,16 persen. Indeks ini turun dari kuartal sebelumnya yang sebesar 43,22 persen.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan subsektor, seluruh subsektor mencatatkan kontraksi pada kuartal II 2020, lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya.
Kontraksi terdalam dialami oleh subsektor Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki yang hanya 19,10 persen, diikuti subsektor Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya yang hanya 19,75 persen, dan Kertas dan Barang Cetakan sebesar 24,11 persen.
Meski demikian, kinerja sektor industri manufaktur diperkirakan sedikit membaik pada kuartal III 2020, meskipun tetap masih berada pada fase kontraksi. PMI-BI kuartal III 2020 diperkirakan sebesar 45,72 persen, membaik dari 28,55 persen di kuartal II 2020.
Beberapa subsektor dengan indeks PMI-BI tertinggi pada periode tersebut adalah Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet (49,65 persen) serta Makanan, Minuman dan Tembakau (48,42 persen). Di sisi lain subsektor Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya masih mengalami kontraksi terdalam (39,71 persen).
ADVERTISEMENT
“Perbaikan diperkirakan didorong oleh seluruh komponen, utamanya peningkatan volume total pesanan barang input dan volume produksi. Pada kuartal III-2020, kinerja seluruh sub sektor industri pengolahan diprakirakan masih terkontraksi meskipun tidak sedalam kuartal sebelumnya,” tulis laporan tersebut.