Bank Mandiri Berhasil Restrukturisasi Kredit Terdampak COVID-19 Rp 35,9 T

31 Januari 2023 15:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Mandiri. Foto: Dok. Bank Mandiri
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Mandiri. Foto: Dok. Bank Mandiri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) telah merestrukturisasi kredit terdampak COVID-19 (bank only) sebesar Rp 35,9 triliun. Posisi ini sudah jauh menurun dibandingkan kondisi akhir tahun 2021 yang mencapai Rp 69,7 triliun.
ADVERTISEMENT
"Sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kualitas kredit, kami terus menjaga pembentukan pencadangan. Per akhir Desember 2022, Bank Mandiri telah membukukan biaya CKPN secara bank only sebesar Rp 10,3 triliun dengan rasio NPL (non performing loan) coverage berada di level yang memadai," imbuh Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Juanidi dalam konferensi pers, Kamis (31/1).
Lebih lanjut, Darmawan menjelaskan seiring dengan tren positif pada kualitas aset Bank Mandiri juga mendorong efisiensi biaya pencadangan sehingga cost of credit (CoC) membaik dari 1,91 persen ke level 1,21 persen, terendah dalam beberapa tahun terakhir.
“Secara pertumbuhan, dari sisi target sudah tercapai. Selain itu, dengan peran digitalisasi yang kami dorong terus mengakselerasi kinerja bisnis Bank Mandiri dan ke depan kami harapkan perbaikan ini dapat berlanjut di tahun 2023,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT

NPL Bank Bank Mandiri Turun ke 1,88 Persen di 2022

Jajaran direksi Bank Mandiri saat menyampaikan paparan kinerja Bank Mandiri pada triwulan III-2022 di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Foto: Bank Mandiri
Adapun Performa bisnis yang solid ini juga diimbangi dengan kualitas aset yang mengalami perbaikan secara bank only. Per akhir 2022, rasio NPL Bank Mandiri secara bank only berhasil menurun sebesar 93 basis poin (bps) secara yoy ke level 1,88 persen.
Dalam menjaga kualitas aset, Bank Mandiri juga telah melakukan pengelolaan portofolio kredit untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas, termasuk dengan menyediakan pencadangan yang mencukupi. Walhasil, meski NPL relatif menurun, perseroan tetap melakukan peningkatan rasio pencadangan atau NPL coverage ratio mencapai sebesar 311 persen pada akhir tahun 2022.
Di tahun lalu, Perseroan juga mencatatkan laba bersih sebesar Rp 41,2 triliun di 2022, tumbuh 46,9 persen secara tahunan (yoy). Hal ini semakin memperkuat permodalan (capital) Bank Mandiri sebagai faktor utama untuk memiliki kemampuan dalam melakukan ekspansi bisnis, terutama mendukung fungsi intermediasi dalam menyalurkan kredit.
ADVERTISEMENT
Darmawan mengatakan, kinerja yang solid ini tak terlepas dari kondisi makroekonomi yang membaik, didukung oleh kebijakan strategis pemerintah dan regulator dalam menjaga stabilitas perekonomian.
“Sepanjang 2022, Bank Mandiri telah secara aktif menggarap segmen digital banking untuk mendukung transformasi digital sebagai bisnis yang berkelanjutan dengan menangkap peluang di seluruh sektor dan segmen potensial,” tambah dia.
Pertumbuhan laba bersih tersebut turut ditopang oleh optimalisasi fungsi intermediasi perseroan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Tercatat, hingga akhir 2022, kredit secara konsolidasi perseroan mampu tumbuh positif sebesar 14,48 persen yoy menjadi Rp 1.202,2 triliun.