Bank Sampoerna Siapkan Opsi Merger untuk Penuhi Aturan Minimum Modal dari OJK

31 Agustus 2021 13:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Sampoerna.
 Foto: Bank Sampoerna
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Sampoerna. Foto: Bank Sampoerna
ADVERTISEMENT
Bank Sampoerna menjajaki berbagai opsi untuk bisa memenuhi aturan minimal modal yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Setidaknya, ada tiga opsi yang disiapkan.
ADVERTISEMENT
Direktur Keuangan Bank Sampoerna, Henky Suryaputra, mengatakan pemegang saham sudah merencanakan pemenuhan modal Rp 2 triliun di akhir tahun ini dan Rp 3 triliun di tahun depan.
"Misal berbicara dengan beberapa bank apakah mungkin dilakukan merger. Kami juga bicara dengan investor seperti startup apakah tertarik untuk inves di bank," kata Henky saat berbincang virtual dengan media, Selasa (31/8).
Menurut Henky, jika dua opsi tersebut tidak mencapai kesepakatan, maka opsi tiganya adalah pemegang saham eksisting akan menggelontorkan dana untuk bisa memenuhi minimum modal tersebut.
"Opsi 3 pemegang saham capital injection. Ini sudah berjalan untuk antisipasi aturan OJK," ujarnya.
OJK menerbitkan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020 tanggal 16 Maret 2020 tentang Konsolidasi Bank Umum yang berlaku sejak diundangkan pada 17 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Latar belakang diterbitkannya kebijakan ini yaitu OJK melihat ketentuan modal inti minimum (MIM) saat ini minimal Rp 100 miliar dinilai sudah tidak relevan.
Secara umum aturan ini terdiri dari dua pokok pengaturan utama, yakni mengenai kebijakan konsolidasi bank, serta pengaturan mengenai peningkatan modal inti minimum bagi bank umum.
Selain itu peningkatan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) minimum bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri (KCBLN), yakni masing-masing paling sedikit menjadi Rp 3 triliun paling lambat 31 Desember 2022.
Adapun berdasarkan laporan keuangan hingga semester I 2021, Bank Sampoerna membukukan pertumbuhan aset sebesar 8,5 persen menjadi sebesar Rp 13,5 triliun dari Rp 12,4 triliun.
Ilustrasi Bank Sampoerna. Foto: Bank Sampoerna
Sementara penyaluran kredit Bank Sampoerna hingga akhir semester pertama tahun 2021 tercatat Rp 8,5 triliun atau meningkat 3,4 persen dibandingkan dengan kondisi per akhir tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Bank Sampoerna juga membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 8,6 persen (yoy) menjadi Rp 349,9 miliar untuk enam bulan pertama tahun 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 322,2 miliar.
"Total equity Rp 1,7 triliun," kata Henky.
Henky mengatakan, untuk opsi satu sudah ada beberapa lembaga keuangan yang tertarik untuk melakukan merger. Namun dia tidak mau membeberkan lembaga keuangan mana saja.
"Kita lihat dari pemegang saham mana yang akan berjodoh. Opsi satu dan 2 banyak sekali dibahas di tingkat pemegang saham," katanya.
Sementara untuk opsi dua dalam menggaet investor, Henky mengatakan pihaknya sudah melakukan berbagai pendekatan, termasuk penawaran secara terbuka.