Bantah Bakar Duit, OVO: Itu Biaya Edukasi

8 Januari 2020 20:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cashback dompet digital OVO. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cashback dompet digital OVO. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Visionet Internasional atau yang lebih dikenal sebagai OVO, membantah selama ini telah melakukan pemasaran dengan strategi bakar duit.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra, mengatakan konsep bakar duit berarti perusahaan hanya memberikan banyak promo tanpa mendapatkan hasil apapun. Karaniya mengklaim jika strategi pemasaran yang dilakukan OVO membuahkan hasil.
"Istilahnya bukan bakar duit. Ini istilahnya biaya edukasi berhasil. Kalau bakar duit, kan duit dibakar terus enggak ada sisanya," kata Karaniya di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, Rabu (8/1).
Edukasi yang dimaksud Karaniya adalah soal literasi keuangan. Menurut dia, OVO berhasil merangkul masyarakat yang belum tersentuh layanan keuangan modern ke dalam ekosistem ekonomi digital.
Karaniya mengklaim saat ini 28 persen pengguna OVO, merupakan masyarakat yang masuk kategori underbanked atau tidak memiliki akses ke perbankan.
Menurut dia, ada beberapa parameter yang menunjukkan keberhasilan OVO dalam mengedukasi masyarakat. Pertama, jumlah pengguna aktif terus bertambah.
ADVERTISEMENT
Selama 2019, jumlah pengguna aktif bulanan OVO tercatat mencapai 12 juta pengguna, naik 40 persen dibanding tahun lalu. Secara keseluruhan pengguna OVO tercatat 80 juta pengguna.
Aplikasi pembayaran digital Ovo. Foto: Jofie Yordan/kumparan
Kedua, jumlah transaksi juga meningkat hingga 70 persen. Selama 2019, OVO mencatatkan sebanyak 1 miliar transaksi. Tak hanya jumlah transaksi, nilainya pun juga naik sebesar 55 persen.
Terakhir, Karaniya mengklaim semakin banyak pengguna yang menyimpan uangnya di aplikasi OVO.
"Ini menunjukkan bukan bakar duit. Ini yang menurut saya istilah bakar duit kurang pas," ujarnya.
Mengutip hasil survei Morgan Stanley, Karaniya mengatakan saat ini milenial Indonesia semakin suka bertransaksi dan menyimpan uang dengan digital money berbasis fintech. Artinya, strategi pemasaran berbasis edukasi tersebut dinilai berhasil.
ADVERTISEMENT
"Ini menunjukkan bukan hanya OVO, partner kolega kita Gopay, LinkAja, Dana, juga menunjukkan bahwa edukasi market berhasil," ujarnya.