Bantah Tekan Maskapai, Tapi Luhut Akui Minta Harga Tiket Pesawat Turun

27 Maret 2019 19:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bakal ada penurunan tarif tiket pesawat dalam beberapa hari ke depan. Menurutnya, operator penerbangan yang ada di Indonesia sepakat dengan aturan baru ini.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, dia membantah pihaknya menekan maskapai. Penurunan tarif ini dilakukan, karena Luhut menilai harga tiket pesawat masih terlalu tinggi.
"Enggak ada (menekan maskapai). Saya bilang kamu turun-turunin, masa naikin terus," kata dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (27/3).
Pemerintah belum mengumumkan berapa penurunan harga tiket pesawat. Menurutnya, penetapan tarif baru penerbangan bakal disampaikan Kementerian Perhubungan dalam beberapa hari ke depan.
Dalam dua hari terakhir, Luhut menggelar rapat membahas mahalnya harga tiket pesawat ini. Pertemuan pertama berlangsung Senin (25/3), dihadiri Menhub Budi Karya Sumadi; Operator airline; Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI); Serta biro perjalanan online.
Suasana Bandara Soekarno-Hatta dari kantor Angkasa Pura 2. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Rapat yang tanpa dihadiri Direktur Utama Garuda Indonesia itu, dilanjutkan lagi pada Selasa (26/3). Informasi yang diterima kumparan, pada rapat kedua itulah pemerintah menetapkan persentase penurunan harga tiket pesawat yang diminta.
ADVERTISEMENT
Besaran penurunan tarifnya disebut-sebut 10-20 persen. Tapi, saat ditanya, Luhut menolak berkomentar.
Dengan masih mahalnya tarif tiket pesawat ini, kata Luhut, sangat mengganggu sektor pariwisata seperti turunnya okupansi hotel yang ada di Indonesia. Kondisi ini yang dikeluhkan pelaku usaha di sektor pariwisata.
"Aduan mereka (pariwisata), harga terlalu tinggi. Ya dari hitungan mereka. Kenapa? Misalnya Garuda lebih (mahal) dari Batik Air. Tapi alasannya Garuda karena mereka (kelas) premium. Makanya sekarang evaluasi lagi hitungannya. Kita suruh hitung lagi. Kita ngerti angka kan?" pungkasnya.