Banyak Hambatan, Ekspor Sawit RI Turun 4% di Januari-April 2018

30 Mei 2018 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menumpuk kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menumpuk kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek Berry)
ADVERTISEMENT
Ekspor sawit Indonesia menunjukkan rapor merah pada Januari-April 2018. Tercatat, untuk ekspor CPO dan produk olahannya (biodiesel, oleofood, dan oleochemical) turun sebesar 4% atau dari 10,7 juta ton pada Januari-April tahun lalu menjadi 10,2 juta ton di periode yang sama tahun ini (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono, mengungkapkan penurunan ini juga berpengaruh pada nilai ekspor CPO dari USD 8,06 miliar tahun lalu menjadi USD 7,04 miliar tahun ini atau terkoreksi sebanyak 13%.
“Jadi praktis kinerja kita ini (Januari-April) ini belum memuaskan. Sebabnya saya enggak tahu, tergantung forecaster, tergantung para ahli. Apakah ini sudah jadi bagian dari kampanye negatif yang bukannya kendur malah makin banyak atau hambatan dagang di India,” kata Joko saat buka bersama Gapki di Shangri-La, Jakarta, Rabu (30/5).
Direktur Eksekutif GAPKI, Danang Girindrawardana, mengatakan di tengah penurunan ekspor sawit dalam negeri, kenaikan eskpor justru terjadi di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim, yaitu Bangladesh, Timur Tengah, dan Pakistan.
ADVERTISEMENT
Bangladesh membukukan kenaikan impor sawit sebesar 222% atau dari 64,57 ribu ton di Maret naik ke 208,10 ribu ton di April 2018. Ini merupakan rekor pertama Bangladesh dengan impor minyak sawit di atas 200 ribu ton.
Pada Januari-April 2018 ini, impor sawit Bangladesh dari Indonesia mencapai 595,09 ribu tib atau naik 66% dibanding periode yang sama di 2017. Kenaikan impor juga diikuti oleh negara-negara di Timur Tengah, yaitu sebesar 39%, dari 146,84 ribu ton di Maret naik menjadi 204,21 ribu ton pada April. Sementara Pakistan membukukan kenaikan impor sebesar 0,23% atau dari 162,93 ribu ton di Maret menjadi 163,30 ribu ton di April 2018.
Kenaikan impor Bangladesh ini memanfaatkan kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh India, sehingga industri-industri pengolahan di Bangladesh mendapatkan keuntungan besar. Impor Bangladesh juga dipengaruhi oleh keberhasilan dari misi dagang Kementerian Perdagangan RI bersama asosiasi sawit pada Maret 2018.
ADVERTISEMENT
“Ini fenomena yang tidak lazim, karena biasanya menjelang Ramadhan permintaan minyak sawit oleh India meningkat, tetapi tidak di kuartal pertama tahun 2018 ini. Mungkin akibat pemberlakukan tarif impor tinggi oleh India. Ekspor minyak sawit Indonesia ke India tergerus sejak Maret 2018,” ucapnya.
Pekerja membawa kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja membawa kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek Berry)
Pada April ini, ekspor minyak sawit Indonesia ke India tergerus 15% dari 408,65 ribu ton di Maret menjadi 346,28 ribu ton. Secara yoy, pada caturwulan pertama 2018 ekspor sawit ke India tergerus 24%. Ekspor ke India tercata berkurang 570,89 ribu ton dari 2,37 juta ton di Januari-April 2017 menjadi 1,80 juta ton pada Januari-April 2018.
Sedangkan ekspor minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat pada April ini tercatat 62,16 ribu ton atau turun 42% dibandingkan Maret lalu yang mencapai 106,57 ribu ton. Menurunnya impor Negeri Paman Sam ini karena stok kedelai yang tinggi akibat perang dagang dengan China.
ADVERTISEMENT
Kecenderungan yang unik di bulan Maret dan April 2018 ini, kata Danang, bisa dianalisa dari adanya beberapa hambatan dagang terhadap minyak sawit, baik hambatan tarif maupun non tarif.
Perlu langkah negosiasi atau strategi baru dalam mengurangi hambatan dagang yang diterapkan beberapa negara tujuan utama ekpsor minyak sawit lndonesia. Selain itu, pembukaan pangsa pasar baru tujuan ekspor juga sudah harus digalakkan dengan intensif.
“Regulasi dalam negeri untuk meningkalkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global juga sudah saatnya mendapatkan perhatian khusus,” kata Danang.