Banyak Perempuan yang Tinggal di Kota Enggan Hamil, Populasi RI Terancam

16 Mei 2023 13:19 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melintas di pelican crossing di kawasan perkantoran Sudirman, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melintas di pelican crossing di kawasan perkantoran Sudirman, Jakarta, Rabu (26/4/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut, banyak perempuan Indonesia yang tinggal di kota enggan untuk hamil. Bahkan, rata-rata perempuan di kota hanya memiliki satu anak.
ADVERTISEMENT
"Sekarang kecenderungan di kota anaknya satu. Ada juga yang setelah 10 tahun menikah belum punya anak, memang rencananya enggak punya anak," kata Suharso kepada awak media di Senayan JCC, Selasa (16/5).
Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap Total Fertility Rate (TFR) atau jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan selama masa reproduksinya. Berdasarkan hasil hitungan Bappenas menggunakan skenario trend, nilai TFR terus menurun sampai 1,9 di tahun 2045 diiringi dengan Infant Mortality Rate (IMR) mencapai 7,85.
Di sisi lain, rata-rata pertumbuhan penduduk periode 2020-2050 sebesar 0,67 persen setiap tahunnya atau mengalami perlambatan. Oleh karena itu, Suharso meminta masyarakat untuk menjaga tingkat kelahiran yakni dengan program keluarga berencana (KB) dua anak lebih baik. Tentunya dengan tetap menjaga kondisi ekonomi keluarga.
ADVERTISEMENT
"Di Indonesia, angka tingkat harapan hidup dan angka pertumbuhan penduduk tidak berimbang. Kita makin sejahtera, tingkat harapan hidup makin tinggi, tapi pertambahan penduduknya melambat," terang dia.
"Akibatnya banyak orang tua (usia tidak produktif). Kita ingin TFR kita dijaga di angka dua supaya tiap satu pasang melahirkan dua," imbuhnya.
Di sisi lain, kata Suharso, pemerintah ingin melakukan pemerataan penduduk melalui pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Sehingga, tidak terjadi kepadatan penduduk di pulau Jawa.
"Pada saat yang sama, diharapkan para pekerja yang akan datang itulah para pekerja cerdas yang kemudian memiliki daya beli lebih tinggi karena dibayar dengan upah lebih tinggi," tandasnya.