Banyak Pesawat Nganggur karena Corona, Maskapai Ingin Ada Kompromi Biaya Parkir

1 April 2020 10:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi penumpang pesawat  Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi penumpang pesawat Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Maskapai penerbangan harus bekerja keras di tengah sepinya penumpang karena dampak virus corona.
ADVERTISEMENT
Imbauan Work From Home (WFH) juga membuat maskapai harus mengurangi frekuensi penerbangannya. Kondisi tersebut membuat perekonomian maskapai harus terganggu.
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan, saat ini maskapai sedang mencari solusi permasalahan tersebut.
“Jadi memang semua mencoba menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan yang sekarang bisa dilakukan,” kata Denon saat dihubungi kumparan, Rabu (1/4).
Denon mengungkapkan, keadaan tersebut tidak hanya dialami maskapai Indonesia, tetapi semua negara yang juga terjangkit virus corona. Menurutnya, virus corona membuat semua industri transportasi mengalami hal serupa.
Terkait di industri penerbangan, Denon mengatakan, tidak hanya maskapai saja yang merugi tetapi segala yang ada di dalamnya seperti airport manajemen, Angkasa Pura I dan II sampai Airnav. Untuk itu, pihaknya terus berkoordinasi dalam menghadapi kondisi tersebut.
ADVERTISEMENT
“Dalam hal ini kita sudah berkoordinasi dengan Kemenhub bersama Pak Dirjen itu kita sudah dipanggil koordinasi bagaimana supaya menurunnya frekuensi ini kita bisa antisipasi dengan menekan biaya-biaya yang mungkin tidak perlu kita keluarkan,” ungkap Denon.
Sejumlah pesawat terbang terparkir di Bandara Sentani, Jayapura, Papua, Jumat (27/3). Foto: ANTARA FOTO/Gusti Tanati
Denon merasa semua pihak sepakat untuk menekan biaya yang tidak perlu dikeluarkan. Ia menuturkan, maskapai menginginkan salah satu yang ditekan adalah biaya parkir pesawat. Sebab, kata Denon, pesawat parkir bukan keinginan maskapai tetapi memang frekuensi dibatasi.
“Dengan frekuensi menurun membuat tidak semua pesawat digunakan, sebagian besar parkir. Nah yang perlu sama-sama kita pahami bahwa parkirnya pesawat ini bukan karena kita ingin parkir di situ. Nah biaya parkir ini yang dipikirkan bagaimana supaya bisa kompromi antara airport manajemen dan airlines,” tutur Denon.
ADVERTISEMENT
Meski mengalami penurunan frekuensi penerbangan, Denon belum bisa membeberkan berapa nominal kerugian yang dialami maskapai. Ia belum mendapatkan data resmi dari maskapai.
“Masing-masing airline beda-beda (kerugian). Ada size besar Garuda, ada Lion, ada maskapai lain. Tapi yang mulai drop domestik market ini kan minggu kedua atau awal Maret,” terang Denon.