Bapanas Antisipasi Dampak Anjloknya Rupiah ke Harga Pangan

18 April 2024 15:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi saat halal bi halal bersama media, Kamis (18/4/2024). Foto: Fariza/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi saat halal bi halal bersama media, Kamis (18/4/2024). Foto: Fariza/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berupaya mengantisipasi dampak pelemahan nilai tukar rupiah yang mengancam lonjakan inflasi, termasuk dari komoditas pangan yang bergantung pada impor.
ADVERTISEMENT
Saat ini, nilai tukar rupiah berada di Rp 16.179 per dolar AS. Bahkan kemarin, nilai tukar rupiah sempat mencetak rekor terendah sejak Maret 2020.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menuturkan salah satu antisipasinya melalui aksi korporasi perusahaan yakni hedging nilai valuta asing.
“Kalau di-private itu ada namanya hedging. Ini harus aksi korporasi juga. Jadi sudah tahu harga dolar akan naik misalnya, hedging di angka berapa. Maksudnya di-lock dolarnya di angka berapa,” kata Arief saat Halal bi Halal bersama media di Kantor Bapanas, Kamis (18/4).
Arief menuturkan tidak menutup kemungkinan pelemahan rupiah ini berdampak pada kenaikan harga pangan. Kondisi ini, kata dia, harus diantisipasi lintas kementerian dan lembaga.
“Jadi kita berusaha sebaik mungkin, uangnya disiapin, sumbernya disiapin, Bulog disiapin, private diajak bicara, semuanya diajak kolaborasi,” ujar Arief.
ADVERTISEMENT
Antisipasi lainnya, lanjut Arief, yaitu menyiapkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang mumpuni, terutama komoditas beras yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia.
“Saya ambil contoh Vietnam itu kebutuhannya 21 juta ton setahun, kemudian produksinya 27 juta selisihnya 6 juta ton, Indonesia kebutuhannya 30-31 juta ton produksinya mendekati itu, selisihnya 500 ribu-1,3 juta ton itu hanya ekuivalen dengan 1 bulan kurang” jelas Arief.
Dengan begitu, Bapanas bersama Kementerian Pertanian setidaknya harus menyiapkan pasokan beras di atas 35 juta ton melalui intensifikasi dan ekstentifikasi.
Selain beras, komoditas lain yang harus diperhatikan adalah bawang putih. Menurut Arief, mayoritas kebutuhan bawang putih nasional dipenuhi dari impor sekitar 630 ribu ton yang harganya sekitar USD 1.200 per metrik ton.
ADVERTISEMENT
“Pada saat seperti ini kita memang ikut harga China. Jadi begitu ikut harga China ya ini prosesnya proses importasi ya, sama lagi currency. Kecuali kali mau rendah, mau subsidi ya berapa banyak? Kalau bawang putih saya rasa produksinya juga belum baik di Indonesia,” tutur Arief.