Bapanas Bantah Izin Impor Sapi Telat Bikin Harganya Melambung

13 Maret 2024 16:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang daging sapi melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (11/3/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang daging sapi melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senin (11/3/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, membantah izin impor daging sapi telat sehingga membuat harganya melambung di pasar karena langka.
ADVERTISEMENT
"Daging impor itu tentunya sudah melalui Rakornis bersama kementerian/lembaga dan eselon I, kemudian naik ke Rakortas, jadi sudah diputuskan bersama-sama," kata Arief saat ditemui di kompleks DPR RI, Rabu (13/3).
Arief bilang, kalau pun harga daging sapi di pasar mahal, itu karena daging sapi mayoritas didatangkan impor, dan harganya sudah mahal dari negara awalnya.
"Kalau harga daging tinggi memang kita itu banyak importasi, importasi hari ini di Australia itu AUD 8,5. Itu angkanya sudah AUD 8,5," kata Arief.
Belum lagi nilai tukar Rupiah yang semakin tertekan atas dolar Amerika. Arief mencatat, nilai tukar Rupiah saat ini di kisaran Rp 15.700, dari periode sebelumnya pernah di level Rp 14.500.
"Untuk dolar Australia (AUD) sudah di atas Rp 10 ribu. Jadi kalau kita ikut tergantung sama impor, konsekuensinya adalah saat currency rate tinggi atau harga di country origin tinggi itu langsung berdampak ke kita," kata Arief.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta pada Rabu (28/2/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Arief paham, pemerintah perlu mendorong produksi dalam negeri sehingga tidak perlu lagi bergantung impor untuk penuhi kebutuhan daging dalam negeri. "Makanya saya bolak balik dorong kita ini tidak suka impor agar produksi dalam negeri ditingkatkan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) mencatat, stok daging sapi impor beku di importir tersisa sekitar 7.000 ton. Sedangkan kebutuhan daging sapi di Jabodetabek dan Bandung Raya saja sekitar 25.000-30.000 ton pada bulan Ramadan. Sekretaris Jenderal Aspidi, Suhandri khawatir pasokan daging saat Ramadan tidak cukup.
Aspidi mencatat, jumlah kuota impor daging sapi sangat sedikit untuk kebutuhan sampai akhir Desember 2024, yakni sebanyak 145.250 ton dari total pengajuan impor sebanyak 460.000 ton.
“Stok tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ini. Tantangan impor daging tahun ini adalah penerbitan izin impor di akhir Februari sehingga waktu tidak cukup untuk mendatangkan daging sapi di awal Ramadan,” ujar Suhandri saat dihubungi kumparan, Minggu (10/3).