Bappenas: 70 Persen Masyarakat Miskin Penghasilannya Anjlok Akibat COVID-19

30 Agustus 2021 13:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menyelesaikan pembuatan vaksin kertas buatan tangan di Johor Bahru, Malaysia. Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menyelesaikan pembuatan vaksin kertas buatan tangan di Johor Bahru, Malaysia. Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
ADVERTISEMENT
Masyarakat kelompok pendapatan rendah dan menengah terkena dampak cukup serius akibat adanya pandemi COVID-19. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat sebanyak 70 persen masyarakat dengan penghasilan di bawah Rp 1,8 juta per bulan mengalami penurunan pendapatan.
ADVERTISEMENT
“Masyarakat mengalami pendapatan yang terganggu akibat COVID-19. (Ini terjadi pada masyarakat) kelompok pendapatan di bawah Rp 1,8 juta, lalu yang pendapatan Rp 1,8 sampai 3 juta, Rp 3 sampai 4,8 juta sampai di atas 7,2 juta,” ujar Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa dalam Raker dengan Komisi XI DPR RI, Senin (30/8).
“Jadi kalau dilihat jawaban mereka, makin rendah tingkat pendapatannya makin dikatakan terganggu penghasilannya,” sambung Suharso. Berdasarkan data Bappenas, sebanyak 46,8 persen kelompok masyarakat dengan penghasilan Rp 1,8 sampai 3 juta mengaku pendapatannya berkurang. Begitu juga dengan kelompok berpendapatan Rp 3 sampai 4,8 juta, sebanyak 37,2 persennya juga mengalami hal yang sama.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menunaikan kewajiban ibadah zakatnya melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Foto: Dok. BAZNAS
Bahkan kelompok masyarakat dengan penghasilan di atas Rp 7 juta per bulan, sebanyak 30,3 persennya mengaku penghasilan mereka terganggu. Menurut Suharso, dampak tersebut sangat terasa karena sebagian besar masyarakat merupakan pekerja yang diupah harian.
ADVERTISEMENT
“Ini bisa kita tahu karena mereka rata-rata bekerja untuk mendapatkan penghasilan pada hari yang sama,” ujarnya.
Menurut Suharso kondisi ini akan pulih apabila ekonomi Indonesia bisa tumbuh tinggi tahun ini. Tanpa pertumbuhan ekonomi yang signifikan, Suharso mengatakan perekonomian Indonesia akan sulit kembali seperti tahun 2019.
Untuk itu Suharso berharap, pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa berada di kisaran 5,2-5,8 persen. Ia pun cukup optimistis dengan target tersebut.
“Mudah-mudahan. Kami optimistis. Kalau kami membidik sasaran pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi 5,2-5,8 persen. Karena itu akan disesuaikan berdasarkan agregasi dari seluruh sasaran pertumbuhan ekonomi,” tandasnya.