Batal Debat dengan Luhut, Rizal Ramli Diskusi dengan Ekonom: RI Didoping Utang

29 Juni 2020 16:43 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pakar Ekonomi Rizal Ramli saat diskusi bertajuk "Indonesia Perlu Pemimpin Optimis yang Bawa Perubahan" di Forum Tebet, Jakarta, Senin (25/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Ekonomi Rizal Ramli saat diskusi bertajuk "Indonesia Perlu Pemimpin Optimis yang Bawa Perubahan" di Forum Tebet, Jakarta, Senin (25/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Tak mendapat respons dari Menko Maritim dan Investasi, Luhut Pandjaitan untuk berdebat soal utang, Rizal Ramli menggantinya dengan diskusi bersama sejumlah ekonom. Sebelumnya Luhut meminta para pengkritik Pemerintah soal utang untuk bertemu dan bicara langsung dengannya.
ADVERTISEMENT
Tantangan itu direspons Rizal Ramli dan dosen senior Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, Djamester Simarmata. Dengan Djamester, Luhut sempat bertemu di kantornya dan berdebat soal kebijakan utang luar negeri. Tapi Luhut tak merespons ajakan debat dari Rizal Ramli.
Sebagai gantinya, Rizal Ramli yang pernah menjabat Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur, menggelar diskusi bertajuk 'Indonesia Economic Crisis: Magnitude, Path to Recovery' yang diikuti dengan sejumlah ekonom.
Dalam diskusi itu, Rizal menyoroti soal kondisi negatif pertumbuhan ekonomi yang kian diperburuk oleh penambahan utang. Mantan Menko Maritim itu menganalogikan keadaan ekonomi Indonesia tak ubahnya seperti petinju yang tengah kelimpungan di tengah ring. Dua penyebab utama kelimpungan itu tak lain ialah besarnya utang ditambah banyaknya gagal bayar.
ADVERTISEMENT
"Ekonomi kita kalau bagaikan petinju itu udah kelimpungan, karena terlalu banyak utang. tahun 1998 utang terbanyak di swasta, tapi hari ini pemerintah dan BUMN sebagai petinju udah kelimpungan," ujar Rizal Ramli dalam diskusi yang ditayangkan secara online, Senin (29/6).
Foto kolase Luhut Pandjaitan dan Rizal Ramli. Foto: kumparan
Masalah itu, kata Rizal, kemudian ditambal dengan terus menambah utang. Sehingga membuat seolah-olah ekonomi Indonesia masih stabil.
"Tapi kemudian didoping pinjaman. Minggu lalu minjam USD 10 miliar lebih, ada valuta masuk seolah rupiah menguat," sambungnya.
Kondisi tersebut semakin lebih buruk lantaran banyaknya kasus gagal bayar. Setidaknya, menurut Rizal, ada 46 perusahaan yang mengalami gagal bayar tersebut.
"Ada berbagai kasus gagal bayar perusahaan asuransi, perusahaan sekuritas. Total ada 46 perusahaan gagal bayar, rata-rata nilainya antara Rp 400-500 triliun," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi situasinya, ekonomi Indonesia bagai petinju yang sudah goyang, didoping utang, tapi ada jadi gagal bayar," sambung mantan Menteri Keuangan itu.