Bawang Merah Masih Mahal, Zulhas Minta Jangan Ada Opsi Impor

25 April 2024 13:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendag Zulhas tinjau pasar Johar Semarang. Foto: Kemendag RI
zoom-in-whitePerbesar
Mendag Zulhas tinjau pasar Johar Semarang. Foto: Kemendag RI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas menegaskan jangan sampai ada opsi impor bawang merah di tengah masih mahalnya bahan pokok tersebut di pasaran.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional hari ini, Kamis (25/4) pukul 12.50 WIB, harga bawang merah mencapai Rp 53.500 per kg, naik 57 persen jika dibandingkan Maret 2024 lalu yang sekitar Rp 34.000 per kg.
Zulhas mengatakan, alasan kenaikan harga bawang merah adalah cuaca yang menyebabkan banjir di sentra produksi, yaitu di Brebes. Dia memastikan harga bawang merah minggu depan sudah mulai turun.
"Bawang kan banjir kemarin sebentar itu insidentil ya, untuk minggu depan juga mudah-mudahan sudah turun. Kalau lagi banjir kan ya sudah tapi paling seminggu lagi sudah normal," kata Zulhas saat halal bi halal di kantor Kemendag, Kamis (25/4).
Zulhas menegaskan pemerintah tidak mempertimbangkan opsi impor bawang merah untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, berbeda dengan bawang putih yang bergantung kepada impor.
ADVERTISEMENT
"Bawang merah enggak, enggak ada impor, enggak ada, enggak bisa, enggak boleh. Jadi tidak ada impor bawang merah, tidak ada," tegas Zulhas.
"Mau naik enggak naik (harga) bawang merah kita bisa tanam, tidak ada impor," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Isy Karim, menuturkan pihaknya masih memonitor harga bawang merah bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas).
"Kita berkoordinasi mengenai langkah-langkah nanti seperti apa. Itu saja sih sebenarnya," tegas Isy.
Isy menuturkan, Brebes yang merupakan sentra produksi mengalami banjir, sehingga merusak lahan pertanian bawang merah. Dengan demikian, pemerintah menyiapkan kebijakan semacam subsidi silang dengan sentra produksi lain yang surplus.
"Bukan subsidi silang sebenarnya, lebih ke daerah surplus, daerah minus yang kita coba bawa yang dari NTB, dari Bima kan paling banyak dari sana. Nanti kita coba bawa ke sini, nanti koordinasi dengan Bapanas," jelas Isy.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Isy belum bisa memprediksi kapan harga bawang merah ini turun. Sebab bergantung kepada kondisi stok. Ketika sudah melimpah di pasaran, dia menjamin harganya semakin turun setidaknya memasuki semester II 2024.
"Ini istilahnya temporer aja kok. Enggak akan terlalu lama. Kalau barang-barang komoditas horti kan selalu seperti itu. Kayanya turun lebih cepat, karena kalau lihat ini kondisinya kan sementara karena banjir di Brebes," tutur Isy.