BBM Naik Bisa Kerek Inflasi, Bagaimana Prospek Bisnis Telekomunikasi?

7 September 2022 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menara telekomunikasi Mitratel. Foto: Mitratel
zoom-in-whitePerbesar
Menara telekomunikasi Mitratel. Foto: Mitratel
ADVERTISEMENT
Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga BBM mulai dari Pertalite, Pertamax, dan Solar subsidi. Kenaikan ini akan mendorong inflasi dan suku bunga acuan Bank Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meski makroekonomi akan bergejolak merespons kenaikan harga BBM, industri bisnis menara telekomunikasi seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel diprediksi tetap moncer.
Analis pasar modal PT Mandiri Sekuritas Henry Tedja menilai dampak harga BBM cukup terkendali bagi bisnis perusahaan menara telekomunikasi. Prediksi itu dikarenakan MTEL memiliki kontrak jangka panjang dengan perusahaan telekomunikasi yang punya neraca keuangan yang kuat, terutama setelah dilakukan konsolidasi di industri.
“Secara struktur biaya, industri menara yang bersifat capital intensive (padat modal) juga memiliki pengeluaran yang relatif tetap. Hal ini tercermin dari pendapatan sebelum bunga, pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) margin perusahaan menara yang cukup tinggi di kisaran 80 persen termasuk Mitratel. Karena itu kami melihat dampak kenaikan harga BBM terhadap kinerja perusahaan relatif terbatas,” ujar Henry dalam keterangan, Rabu (7/9).
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Henry mengingatkan kenaikan harga BBM bisa berpengaruh terhadap valuasi atau harga saham perusahaan. Sebab valuasi perusahaan menara seperti Mitratel, cenderung berbanding terbalik dengan inflasi atau suku bunga. Hal ini karena relatif tingginya leverage yang dimiliki oleh perusahaan menara. Meskipun demikian, posisi Mitratel cukup baik mengingat tingkat leverage-nya di bawah rata-rata industri.
“Akibatnya, kenaikan inflasi atau suku bunga akan memiliki pengaruh bagi saham industri menara telekomunikasi,” dia menjelaskan.
Riset bisnis Mitratel. Foto: kumparan
Henry memperkirakan dalam jangka pendek, tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga akan memberi sentimen bagi Mitratel. Namun dia memprediksi outlook perusahaan tetap positif dalam jangka menengah, terlebih setelah perusahaan mengakuisisi 6.000 menara milik Telkomsel.
“Hal ini akan mendukung pertumbuhan pendapatan dan EBITDA perusahaan dalam jangka menengah. Kami masih merekomendasikan BUY untuk saham Mitratel dengan target harga di Rp 950 per saham,” ujar dia menambahkan.
ADVERTISEMENT

Kinerja Mitratel Usai Akuisisi

Menurut Henry akuisisi menara yang dilakukan Mitratel terhadap 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan, mengingat menara tersebut memiliki lokasi dan nilai strategis.
Akuisisi ini juga lebih cepat dari target awal yang dicanangkan, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan cross-selling lebih cepat atas menara-menara tersebut kepada perusahaan telekomunikasi lainnya seperti Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren. 
“Hal ini tentunya akan meningkatkan outlook pertumbuhan pendapatan dan EBITDA Mitratel dalam 2 tahun mendatang,” ungkap Henry.
Hingga akhir 2022, Henry memproyeksikan Mitratel berpeluang membukukan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA 11-13 persen secara tahunan. Dia menilai akuisisi ini milik Telkomsel akan lebih berdampak positif bagi bisnis Mitratel pada 2023 dibandingkan di 2022, mengingat akuisisi ini baru terjadi pada kuartal III 2022, sehingga dampak penyewaan menara yang baru hanya akan berkontribusi dalam beberapa bulan di tahun ini.
Infografik Target Kinerja Mitratel 2022. Foto: kumparan
Selain itu, konsolidasi di industri telekomunikasi juga akan mempengaruhi permintaan menara tahun ini. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan fiber yang cukup pesat di industri menara tentunya akan berdampak positif bagi bisnis Mitratel.
ADVERTISEMENT
“Kami melihat adanya ruang bagi market untuk melakukan revisi target revenue dan EBITDA MTEL untuk tahun 2023 dengan adanya akuisisi 6.000 menara ini,” dia memaparkan.
Pada semester I 2022, Mitratel berhasil membukukan laba Rp 891,54 miliar, naik 27,23 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 700,74 miliar. Laba itu sejalan dengan pendapatan yang naik 15,48 persen jadi Rp 3,72 triliun pada semester I 2022. Laba bersih MTEL tumbuh kuat terutama berasal dari pendapatan operasional yang lebih tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penyewa dan lokasi menara.