Begini Upaya BCA dalam Mengembangkan Ekonomi Hijau

16 Juni 2022 19:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panel Surya di Wisma BCA Foresta, Tangerang, Kamis (16/6/2022). Foto: Galang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Panel Surya di Wisma BCA Foresta, Tangerang, Kamis (16/6/2022). Foto: Galang/kumparan
ADVERTISEMENT
Mengapa Indonesia, bahkan seluruh dunia perlu membuka mata untuk masuk pada penerapan ekonomi hijau? Pertanyaan itu dilemparkan oleh Komisaris BCA, Cyrillus Harinowo, sekaligus ditanggapi langsung dalam diskusi Green Building BCA di Wisma BCA Foresta, Tangerang, Kamis (16/6).
ADVERTISEMENT
Saat bercerita kisah kuliahnya dulu, Harinowo menyampaikan hal penting bahwa waktu itu negara dan masyarakat bersama-sama ingin mengembangkan ekonomi tanpa berpikir risikonya.
"Saya ingat pada waktu dulu masih kuliah, itu ada beberapa hal yang menurut saya masuk ke dalam ingatan saya. Biasanya negara atau ya masyarakat, berpacu mengembangkan ekonomi masing-masing tanpa berpikir risiko berkaitan dengan lingkungan itu yang sebetulnya disebut negative externality," katanya.
Menurut Harinowo, pada tahun 1987 sudah ada konferensi antar negara yang membahas persoalan lingkungan, khususnya pengaturan negara terhadap masalah lapisan ozon yang sudah mulai menipis.
Pertemuan itu juga disebut Protokol Montreal atau sebuah kesepakatan internasional untuk melindungi lapisan ozon. Beranjak pada 27 tahun setelahnya, pembahasan soal lingkungan terus berlangsung.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014, terdapat pertemuan yang memantik beberapa negara turut serta ingin berkontribusi dalam mengurangi pemanasan global. Pertemuan tersebut adalah pertemuan Presiden Amerika Serikat Periode 2009-2017 dengan Presiden ke 7 China, Xi Jinping.
Setelah pertemuan tersebut, tepatnya pada tahun 12 Desember 2015 lahirlah Paris Agreement atau Perjanjian Paris.
Merujuk tulisan Harinowo dan rekannya di BCA, Ika Maya Sari Khaidir, berjudul “Menuju Zaman Renewable Energy”, disebutkan bahwa Perjanjian Paris juga mendorong terjadinya pergeseran dari sumber energi secara global.
"Sumber energi yang menggunakan fossil fuel, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang menggunakan batu bara, merupakan target utama dari perjanjian tersebut. Demikian juga operasi pembangkit listrik yang menggunakan minyak dan gas bumi harus secara bertahap dikurangi sebelum akhirnya dihentikan total," tertulis dalam buku tersebut, Jakarta 2022.
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Wisma BCA Foresta, Tangerang, Kamis (16/6). Foto: Galang/kumparan
BCA dan Langkahnya Menuju Ekonomi Hijau
ADVERTISEMENT
Persoalan lingkungan tersebut juga berimbas pada kebijakan ekonomi. Perusahaan mulai menerapkan environmental, social, and governance (ESG) dalam upaya perwujudan Sustainable Development Goals (SDGs) dan ekonomi hijau.
Beberapa usaha BCA yang disebutkan Harinowo salah satunya adalah hadirnya gedung ramah lingkungan atau Green Building yang saat ini sudah terealisasikan di 71 gedung cabang BCA.
Menurut EVP Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn, nantinya secara bertahap BCA akan menambah gedung berbasis Green Building tersebut.
Tidak hanya itu, BCA juga memiliki 9 fokus utama sebagai upaya mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs). Antara lain kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, energi bersih, pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja yang layak, Industri dan inovasi.
"Selanjutnya ada reduced inequalities. Kami mendukung climate action dan membentuk kelembagaan perbankan yang bertanggung jawab," tambah Hera dalam sesi diskusi Green Building BCA.
ADVERTISEMENT