BEI Respons IHSG Anjlok hingga 2%: Ada Pengaruh Tensi Konflik Iran-Israel
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Bahkan sejak pembukaan tadi pagi, IHSG sempat menyentuh 7.066,57 sebagai level terendahnya. Adapun hingga saat ini, IHSG masih anteng di zona merah dengan pelemahan di atas 1 persen.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna, mengatakan pasar saham akan bergerak sendiri sesuai dengan situasi yang ada secara dinamis.
“Namun hal yang umum yang terjadi adalah faktor tensi geopolitik, itu akan berpengaruh tentunya terhadap pergerakan indeks. Pasar bergerak dinamis dari masa ke masa,” ujar Nyoman di Gedung BEI, Selasa (16/4).
Kondisi geopolitik menjadi salah satu keputusan investor dalam investasi di pasar. Selain sentimen tensi geopolitik, banyak faktor mempengaruhi termasuk makro ekonomi.
Senada, Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menyebut IHSG melemah akibat kondisi geopolitik yang sedang terjadi di Timur Tengah dan kondisi ekonomi global tentu diperhitungkan oleh para investor.
ADVERTISEMENT
“Investor juga menyesuaikan dengan pergerakan bursa global selama perdagangan di BEI tutup 6 hari,” kata Jeffrey saat dihubungi kumparan.
Sebelumnya, Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksi IHSG melemah dengan support dan resistance di level 7.200–7.300. Iran telah membuat eskalasi perang semakin besar terhadap Israel dan potensi keberpihakan semakin mungkin terjadi. Sejauh ini pelaku pasar dan investor tampaknya mulai tenang dari badai tersebut.
“Namun tingkat kehati-hatian akan mulai tinggi, sehingga pelaku pasar dan investor cenderung akan jauh lebih berhati hati untuk masuk ke dalam aset-aset yang berisiko dan mencari aset yang lebih aman,” tulis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya.
Ketegangan tersebut telah mendorong harga minyak mengalami kenaikan, termasuk Brent dan WTI yang dikhawatirkan akan mendorong inflasi akan jauh lebih sulit dikendalikan. Sehingga potensi tingkat suku bunga turun semakin kecil di tahun ini.
ADVERTISEMENT
“Hal ini tentu saja semakin membuat prospek pemulihan ekonomi global di tahun ini semakin sulit, meskipun harapan disebut harapan karena adanya ketidakpastian dan keputusasaan,” terangnya.