Belajar dari Tesla yang Lebih Pilih India, Indonesia Punya PR di Ekosistem IT

2 Maret 2021 8:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik Tesla. Foto: dok. Carbuzz
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Tesla. Foto: dok. Carbuzz
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bangalore di India dipilih raksasa otomotif asal Amerika Serikat, Tesla Inc, sebagai tujuan investasi selanjutnya di luar Silicon Valley, San Francisco. Negeri Bollywood ini dipilih buat pengembangan teknologi dan produksi mobil listrik bikinan mereka.
ADVERTISEMENT
Padahal sebelumnya, pemerintah Indonesia termasuk salah satu yang gencar mengundang perusahaan teknologi terkemuka dunia itu, agar mau berinvestasi di tanah air.
Bahkan, lobi-lobi untuk niatan ini sampai Presiden Jokowi dan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang turun tangan langsung.
Masuknya Tesla ini diharapkan bisa membuat keinginan Indonesia untuk punya Lembah Silikon sendiri, menjadi mungkin. Namun sayangnya niat memboyong perusahaan ini ke tanah air mesti direlakan tertunda.
Lebih dipilihnya India itu sebetulnya bukan tanpa alasan. Bahkan menurut mantan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, Indonesia memang sudah tak masuk radar sebagai negara tujuan perusahaan yang didirikan Elon Musk.
CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk. Foto: Reuters
Menurut Arcandra, orang terkaya dunia itu sebelumnya hanya mempertimbangkan dua negara, yakni India dan Israel. Kedua negara ini kurang lebih punya kawasan khusus dengan ekosistem teknologi mumpuni.
ADVERTISEMENT
"Secara logika mereka (Tesla) akan mencari kota yang ekosistemnya mendekati apa yang ditawarkan oleh Silicon Valley. Dua kota di dunia yang mendekati persyaratan ini adalah Tel Aviv di Israel dan Bangalore di India," jelas Arcandra, dikutip dari akun Instagram resminya, Selasa (2/3).
Dua wilayah ini juga telah menjadi pusat teknologi bagi perusahaan raksasa otomotif, elektronik, hingga teknologi informasi dunia. Mercedes-Benz, Great Wall Motors, General Motors, Continental, Mahindra & Mahindra, Bosch, Delphi and Volvo sudah lebih dulu berada di Kota Bangalore.
Sementara itu, Tel Aviv menjadi pusat pengembangan teknologi bagi perusahaan seperti Intel, IBM, Google, Facebook, Hewlett-Packard, Philips, Cisco Systems, Oracle Corporation, SAP, BMC Software, Microsoft, dan Motorola.
Ekosistem menjadi pertimbangan utama pemilihan tempat buat berinvestasi. Mulai dari ketersediaan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi (IT), technology chip yang mutakhir, hingga pemodal yang mau jor-joran.
ADVERTISEMENT
Ini juga yang agaknya menjadi alasan salah satu unicorn asal Indonesia, Gojek sampai punya pusat litbang di Bangalore. Tempat tersebut dibangun tak jauh dari Sequoia Capital, yang tak lain adalah investor Gojek dari India.
Selain ekosistem ini, sambung Arcandra, akses pasar hingga biaya tenaga kerja lebih murah juga yang kemungkinan jadi alasan lainnya.
Di Indonesia, semua faktor yang disebutkan di atas saat ini masih jauh panggang dari api. Kenyataan ini diakui juga oleh salah satu talenta IT dari Indonesia, Yosua Michael. Yosua pernah memperkuat tim teknologi salah satu perusahaan rintisan tanah air, dan kini memilih kembali ke Singapura.
Markas Google di Silicon Valley, dijepret pakai Samsung Galaxy S10 Plus. Foto: Jofie Yordan/kumparan
Lulusan National University of Singapore itu, saat ini bekerja sebagai Lead Data Scientist Grab. Peluang buat belajar lebih banyak mengenai IT jadi salah satu alasan utamanya.
ADVERTISEMENT
"Opportunity lebih banyak di luar, lebih banyak pilihan kamu mau teknologi apa itu lebih banyak. Kedua kalau secara benefit di luar juga masih cukup jauh bedanya," ujar Yosua kepada kumparan.
Ekosistem yang ada di dalam negeri pun, menurutnya, masih terbilang sangat baru. Itupun sebagian besar masih berupa adopsi dari teknologi di luaran yang sudah ada.
Belum lagi kesempatan bertemu talenta expert juga lebih kecil di tanah air. Sementara di Singapura, ia sudah pasti bertemu dengan pekerja profesional dari berbagai negara.
"Yang lain itu masalah kalau kotanya lebih enak untuk hidup juga. Aku pernah di Jakarta kan, Jakarta itu masih ada macet lah, terus kadang banjir. Ini masalah kalau orang mau settle itu agak mikir dulu," sambung Yosua.
ADVERTISEMENT