Benarkah Harga Bawang Putih Mahal Disebabkan Virus Corona?

9 Februari 2020 13:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bawang putih di Pasar Senen, Jakarta  Pusat. Foto: Ema Firtiyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bawang putih di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Foto: Ema Firtiyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam sepekan terakhir, harga bawang putih melonjak capai Rp 70.000 per kilogram (kg). Isu yang beredar, hal itu dikarenakan virus corona sehingga impor dari China dihentikan sementara.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya, Arif Prasetio, membantah isu itu. Menurut dia, harga komoditas dipengaruhi oleh stok yang tersedia dan kebutuhan di masyarakat.
“Jadi, virus corona yang ada di Wuhan itu sebenarnya enggak ada pengaruhnya apa-apa gitu. Ini masalah-masalah supply, demand, kemudian kebutuhan market,” kata Arif di Pasar Minggu, Jakarta, Minggu, (9/2).
Arif mengungkapkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian, Kemendag, sampai Kementan mengenai dampak virus corona. Pemerintah akan berusaha stok bisa diatur dengan baik sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Petugas keamanan menggunakan masker berjaga di sekitar Pasar Makanan Laut Huanan lokasi terdeksi Virus Corona di Wuhan, Hubei, China. Foto: AFP/HECTOR RETAMAL
Selain itu, kata Arif, pihaknya juga menanam sebagian dari kebutuhan bahan-bahan pokok. Hal itu dilakukan agar pasokan bisa terjaga dengan baik.
“Kita semua menanam, jadi jangan punya pikiran kita nggak berusaha. Hari ini kita semua yang dikeluarkan Kementan, RIPH rekomendasi impor produk hortikultura kita nanam 5 persen dari RIPH. Artinya nanti sewaktu-waktu bisa melihat kita nanam ada di Tegal, Guci, Wonosobo, dan Temanggung kita semua tanam,” ujar Arif.
ADVERTISEMENT
“Ada juga temen-temen importir lain yang tanam di Sembalun yang ketinggian di atas 800 meter. Itu tanam bawang putih targetnya Kementan bibit untuk sementara,” tambahnya.
Meski begitu, Arif belum bisa memastikan seandainya harus impor apakah tetap dari China atau mengalihkan ke negara lainnya. Ia mengaku masih menunggu keputusan dari kementerian.
“Itu nanti wewenang temen-temen dari Kementan dan Kemendag, kita menyampaikan bahwa stok kita berapa, neracanya berapa,” tutur Arif.