Berapa THR yang Berhak Kamu Terima? Begini Aturan Menaker

16 Mei 2019 12:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Ketenagakerjaan RI Hanif Dhakiri  Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Ketenagakerjaan RI Hanif Dhakiri Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menerbitkan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.
ADVERTISEMENT
Dalam surat edaran ini, Hanif mengumumkan bahwa THR wajib diberikan kepada pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus menerus atau lebih. Juga pekerja/buruh yang mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu.
Bagi pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus-menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 bulan upah.
Bagi pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus menerus tetapi kurang dari 12 bulan, diberikan sesuai dengan perhitungan: masa kerja/12 x 1 bulan upah.
Misalkan seorang pekerja memiliki gaji Rp 5 juta dan masa kerjanya 3 bulan, maka THR yang berhak diterimanya sebesar Rp 1,25 juta. Hitungannya adalah Rp 5 juta dibagi 12 dan dikali 3.
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri terbitkan Surat Edaran THR. Foto: Dok. Istimewa
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri terbitkan Surat Edaran THR. Foto: Dok. Istimewa
Untuk pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian harian harian lepas, bagi yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan atau lebih, THR dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan bagi pekerja/buruh harian lepas yang mempunyai masa kerja kurang dari 12 bulan, THR dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja.
"THR Keagamaan wajib dibayarkan paling lambat 7 hari sebelum Hari Raya Keagamaan," demikian bunyi surat edaran tersebut seperti dikutip kumparan, Kamis (16/5).
Surat edaran ini dikeluarkan Hanif pada 14 Mei 2019 dan ditembuskan kepada Presiden RI, Wakil Presiden RI, Menteri Kabinet Kerja, Ketua Umum DPN APINDO, dan Pimpinan Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh.