Casa Avana

Berasa Terik di Masa El Nino: Sektor Rumah Tangga Jadi Penyumbang Emisi Karbon

17 November 2023 12:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Casa Avana. Foto: Schneider Electric
zoom-in-whitePerbesar
Casa Avana. Foto: Schneider Electric
ADVERTISEMENT
Kualitas udara yang buruk akibat polusi di Jabodetabek menjadi perhatian serius masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Masalah ini pun ramai diperbincangkan di media sosial, salah satunya terkait penyebab utama memburuknya kualitas udara.
ADVERTISEMENT
Keadaan seperti ini perlu dimitigasi lebih lanjut di tengah musim panas yang berkepanjangan atau El Nino ekstrem. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki istilah sendiri yakni, bukan lagi global warming tapi global boiling.
Pemerintah sendiri sudah mulai mengatur strategi bagaimana memperbaiki kualitas udara dengan menekan emisi karbon. Mulai dari modifikasi cuaca, pemberian insentif untuk pembelian kendaraan listrik, hingga transisi ke energi baru terbarukan.
Pasalnya saat ini, pasokan energi Indonesia masih mengandalkan batu bara yang menjadi penyumbang utama emisi CO2 sebesar 37 persen. Di Jabodetabek sendiri, prevalensi penyebab polusi udara di Indonesia berasal dari PLTU berbasis batu bara di mana kegiatan industri dan bangunan (komersial dan rumah tangga) menyumbang hingga 72 persen dari total emisi CO2.
Penyumbang emisi CO2 berdasarkan sumbernya. Foto: Algo Research/International Energy Agency (IEA)

Pasokan Energi Bersih Diimbangi Gaya Hidup Ramah Listrik untuk Keberlanjutan Bumi

ADVERTISEMENT
Industri dan bangunan sebagai sektor yang paling tinggi mengkonsumsi energi dan menyumbang emisi karbon tentunya perlu melakukan upaya konkret dalam menekan emisi karbon. Selain beralih ke energi bersih melalui pemanfaatan sumber energi baru terbarukan, industri dan bangunan perlu mengimbanginya dengan gaya hidup ramah listrik atau dikenal dengan istilah electrifying lifestyle.
Gaya hidup ramah listrik atau electrifying lifestyle adalah gaya hidup baru dengan menggunakan peralatan serba elektrik yang rendah emisi dan ramah lingkungan. Dalam hal ini, industri dan bangunan diharapkan dapat lebih efisien dalam penggunaan energi dan memilih peralatan elektrik yang rendah emisi.
Sektor bangunan termasuk di dalamnya sektor rumah tangga perlu dikelola secara lebih efisien dan lebih berkelanjutan. Hal ini mengingat sektor bangunan mengkonsumsi 30 persen energi dunia dan bertanggung jawab atas 40 persen emisi CO2.
ADVERTISEMENT
“Teknologi digital dapat menjadi solusi bagi pelaku industri dan pemilik bangunan untuk menciptakan bangunan yang lebih efisien. Di era yang serba terkoneksi seperti sekarang ini, kita dapat lebih mudah memantau konsumsi energi dari seluruh perangkat elektrik. Penerapan smart & sustainable living merupakan kunci yang memungkinkan masa depan yang nol bersih dari emisi karbon. Teknologi digital dikombinasikan dengan elektrifikasi (dikenal dengan istilah Electricity 4.0) dapat mengubah hunian menjadi lebih tangguh, lebih hemat energi, lebih personal dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup penghuninya.” kata Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste.
Gedung The Edge Amsterdam. Foto: www.hollandfoto.net/Shutterstock
Salah satu contohnya adalah The Edge, gedung perkantoran seluas 40.000 m² di distrik bisnis Zuidas di Amsterdam. Gedung yang dirancang untuk Deloitte, perusahaan keuangan global ini mendapatkan peringkat BREEAM tertinggi di dunia sebagai gedung kantor paling berkelanjutan di dunia dengan skor 98,36 persen. The Edge memiliki perpaduan teknologi pintar seperti kontrol suhu pasif dan desain hemat energi. Ia bahkan menghasilkan 102 persen energinya sendiri. Eksteriornya menyerupai rumah kaca raksasa, dengan fasad selatannya sepenuhnya ditutupi dengan panel surya yang tidak terlihat seperti jendela.
ADVERTISEMENT
Deloitte memanfaatkan konektivitas IoT untuk memastikan kenyamanan dan efisiensi energi dengan teknologi power monitoring expert, dan building management system dari Schneider Electric. Gedung didesain untuk menciptakan lingkungan kerja yang dinamis, kolaboratif dengan tingkat kenyamanan yang tinggi. Para karyawan dapat mengatur preferensi suhu dan pencahayaan masing-masing melalui aplikasi di telepon genggamnya.
Casa Avana. Foto: Schneider Electric
Contoh lain pemanfaatan teknologi digital di residensial adalah Casa Avana, villa empat kamar yang berlokasi di Ubud menggunakan teknologi Wiser smart home yang membantu pemilik villa mengontrol dan mengendalikan pemakaian energi hariannya dari jarak jauh. Jadi, tidak hanya kenyamanan penghuni saja yang meningkat, namun juga efisiensi dan tentunya dapat mengurangi biaya energi.
Teknologi digital dan otomasi yang berbasis perangkat lunak memungkinkan bangunan mengidentifikasi penghematan energi dan mengurangi emisi karbon operasional hingga 42 persen. Hal ini dapat dilakukan pemilik ataupun penghuni dengan adanya visibilitas yang menyeluruh dan real time terhadap pemakaian energi di setiap bagian ruangan.
ADVERTISEMENT
Teknologi juga dapat meningkatkan kenyamanan penghuni dengan memberikan fleksibilitas untuk mengatur suhu ruangan, pencahayaan, pemanas ruangan hingga stasiun pengisian daya untuk kendaraan listrik hanya melalui telepon genggam. Manajemen gedung maupun pemilik/penghuni residensial juga dapat mendeteksi potensi bahaya akibat tenggangan listrik yang tidak stabil ataupun korsleting dan melakukan tindakan pencegahan.
Casa Avana. Foto: Schneider Electric
“Hal yang juga tidak kalah pentingnya untuk menekan emisi karbon adalah mengubah gaya hidup kita dalam mengkonsumsi energi. Mulailah dengan mengevaluasi diri seberapa efisien kita saat ini dalam memanfaatkan listrik, dan buatlah perubahan sederhana namun berdampak signifikan terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Dengan melakukan perubahan yang sederhana, kita dapat menjadi impact maker dan menjadi bagian dari komunitas Green Heroes for Life,” ucap Roberto.
ADVERTISEMENT
Hal sederhana yang saat ini dapat mulai kita lakukan misalnya dengan mematikan gawai maupun alat elektronik lainnya jika sudah selesai digunakan, karena meninggalkan alat elektronik dalam kondisi tercolok pada stop kontak, tetap mengkonsumsi listrik dan dapat merusak alat elektronik jika dilakukan dalam kurun waktu yang terus menerus. Selain itu, kita harus lebih bijak dalam membeli peralatan elektronik. Perhatikan daya listrik yang dibutuhkan untuk menghidupkan peralatan elektronik dan adakah fitur hemat energi agar konsumsi energi dan biaya listrik bulanan kita tidak membengkak.
Budayakan “Ramah Listrik” untuk masa depan yang berkelanjutan.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten