Beratnya Biro Umrah di Masa Pandemi: Kehilangan Omzet Rp 2,5 T saat Ramadhan

28 April 2021 3:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jemaah umrah dari Indonesia kloter selanjutnya tiba di Jeddah pada Selasa (3/11). Foto: Dok. Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi
zoom-in-whitePerbesar
Jemaah umrah dari Indonesia kloter selanjutnya tiba di Jeddah pada Selasa (3/11). Foto: Dok. Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi
ADVERTISEMENT
Pelaku usaha biro umrah dan haji kini tak bisa berbuat banyak, selain menunggu kabar baik dari Saudi Arabia. Sudah hampir satu tahun pendapatan terus tergerus lantaran tak ada pemberangkatan umrah dan haji saat Ramadhan dan Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Bahkan, potensi triliunan hilang dengan kondisi pandemi COVID-19. Untuk menyikapi keadaan yang tak pasti, sebagian pelaku usaha melakukan diversifikasi bisnis usaha melalui kerja sama berbagai pihak, seperti hotel, cafe dan restoran.
Berikut kumparan merangkum tantangan biro umrah saat pandemi dan bagaimana mereka menyikapi bisnis yang kembang kempis, Rabu (27/4).

Pendapatan Biro Umrah RI Hilang Rp 2,5 T saat Ramadhan

Hingga pertengahan Ramadhan 2021 belum ada tanda-tanda pembukaan aktivitas umrah bagi jemaah Indonesia. Informasi terbaru menyatakan, pemerintah Arab Saudi mulai membuka penerbangan internasional mulai 17 Mei 2021, namun Indonesia tidak masuk dalam daftar negara yang diizinkan.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah (Amphuri), Firman M Nur mengatakan, kondisi ini membuat pelaku usaha terpukul. Sebab, biasanya momen Ramadhan dan Lebaran merupakan peak season atau banjir jemaah umrah.
ADVERTISEMENT
“Cukup terpukul makanya kami di asosiasi melakukan diversifikasi usaha,” katanya kepada kumparan, Selasa (27/4).
Jemaah umrah melaksanakan tawaf di Masjidil Haram di tengah guyuran hujan, Rabu (4/11). Foto: Youtube/@Youtube Makkah Live
Menurut catatannya, pada saat musim Ramadhan dan Lebaran setidaknya terdapat 100-150 ribu jemaah umrah yang berangkat. Namun, pada tahun ini benar-benar tak ada pemasukan melalui ibadah idaman setiap umat muslim tersebut.
“Jadi masa peak season umrah itu di akhir tahun bulan Desember karena liburan sekolah dan Ramadhan. Dari siklus 1,2 juta per tahun. 100-150 ribu Ramadhan, minimal harga sekitar Rp 2,5 triliun (pendapatan),” ungkapnya.
Hingga kini Firman belum mengetahui seberapa lama masa kebijakan pemerintah Saudi mengenai pembukaan umrah. Ia berharap pemerintah tidak hanya sekadar menunggu saja, melainkan melakukan lobi kepada pemerintah Arab Saudi supaya ibadah umrah dan haji kembali dibuka.
ADVERTISEMENT

Siasat Penyelenggara Haji dan Umrah Bertahan

Pelaku usaha penyelenggara haji dan umrah memutar otak di tengah penurunan pendapatan. Sebab ibadah haji dan umrah tengah ditangguhkan karena pandemi COVID-19. Mereka berupaya melakukan serangkaian cara untuk agar tetap bertahan.
Firman M Nur mengungkapkan, saat ini para pelaku usaha melakukan diversifikasi bisnis. Beberapa di antaranya bekerja sama dengan pihak hotel, restoran, dan cafe untuk membuka pelatihan umrah dan haji.
“Makanya kami di asosiasi diversifikasi usaha dengan kemampuan yang ada. Agar bisa memaksimalkan pemasukan karyawan,” katanya kepada kumparan.
Firman mengakui jika pendapatan melalui diversifikasi bisnis ini kecil. Namun setidaknya aktivitas ini masih dapat membuat sebagian karyawan bekerja. Sebab, ia berupaya supaya tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK).
ADVERTISEMENT
Firman menyampaikan bahwa saat ini ada sebagian pelaku usaha yang tengah melakukan efisiensi dengan tidak memperpanjang pegawai kontrak.
“Namun kami tidak menutup kemungkinan terjadi karyawan kontrak tidak bisa diperpanjang. Kalau PHK kami belum mendengar. Kami ini kan sifatnya pelayanan, jadi kalau tidak ada kegiatan seperti saat ini ya bagaimana?” ungkapnya.