Berita Populer: Gelombang Resesi Hingga Ahok Bicara Soal Dirut Pertamina

18 Juli 2020 9:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/11/2019). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/11/2019). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Resesi sudah membayangi perekonomian global sejak akhir 2019, dan semakin cepat mendekat karena pandemi. Presiden Joko Widodo sudah berulang kali bicara soal resesi bahkan sebelum masa pandemi. Berita tersebut menjadi yang paling banyak dibaca. Selain itu ada juga berita soal Ahok bicara tentang dirut Pertamina dan IPO Subholding.
ADVERTISEMENT
Berikut kumparan merangkum berita populer sepanjang hari Jumat (17/7).

Gelombang Resesi dan Jangkar Pengaman Jokowi

Morgan Stanley Research memprediksi Indonesia memasuki resesi pada kuartal III 2020—berarti saat ini—dengan perlambatan ekonomi minus 1,5 persen. Sementara Menteri Keuangan RI Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 4,3 persen dan pada kuartal III minus 1 persen sampai 1,2 persen.
“Ekonomi Indonesia dapat memasuki resesi jika keparahan kembali terjadi di kuartal III dan IV, dan jika resesi global semakin parah,” demikian tulis Bank Dunia dalam laporan proyeksi ekonomi Indonesia edisi Juli 2020.
Jokowi sudah berulang kali bicara soal resesi bahkan sebelum masa pandemi. Oktober 2019, dalam rapat terbatas bidang perekonomian, ia berkata, “Perkiraan dari lembaga-lembaga internasional, tahun depan ekonomi global akan menuju situasi yang lebih sulit, bahkan banyak yang berkata menuju sebuah resesi.”
ADVERTISEMENT
November 2019, ia kembali menyinggung bahaya resesi. Ia menyampaikan bahwa Presiden Bank Dunia David Malpass memperingatkannya untuk berhati-hati.
“Kita harus sadar ekonomi global sedang bergejolak. Pertumbuhan ekonomi turun. Dunia dalam ancaman resesi,” ujar Jokowi.
Lima bulan kemudian—April 2020—di tengah hantaman pandemi, ia meminta semua menterinya bersiap menghadapi resesi ekonomi global. “Kita harus waspada dengan dampak lanjutan COVID-19 pada ekonomi. Hitung cermat potensi dan risiko…
Sri Mulyani ikut merekam pembicaraan Jokowi Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Sang Presiden pun menuntut kabinetnya untuk mengerahkan segala daya guna menangkal hal terburuk terjadi. Ia tak begitu puas dengan progres menteri-menterinya, dan mengirim isyarat jelas bahwa kondisi ekonomi harus terkendali ketika kuartal III berakhir di pengujung September.
Bila tidak... bila pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan negatif selama dua kuartal berturut-turut, dari April hingga September 2020, artinya resesi menghampiri Indonesia—seperti yang sudah lebih dulu terjadi di Singapura.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan proyeksi The Economist Intelligence Unit, ada dua negara G20 yang bisa selamat dari gelombang resesi: China dan Indonesia.
Proyeksi itu sejalan dengan ramalan Morgan Stanley, bahwa China dan Indonesia akan menjadi negara dengan pemulihan ekonomi tercepat. Kedua negara ini disebut dapat bounce back pada kuartal IV 2020 dan kuartal I 2021.
Kunci pemulihan itu dipengaruhi oleh ketahanan suatu negara terhadap global resesi, efektivitas respons suatu negara dalam menangani pandemi dan menjaga permintaan domestik, serta pengelolaan pelonggaran kebijakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan dalam menghadapi dinamika terkait COVID-19.
Untuk mengebut pemulihan ekonomi menjelang deadlineakhir kuartal III 2020 itu, diperlukan koordinasi intens dan pemantauan ketat. Di sinilah Gugus Tugas Pemulihan Ekonomi dan Kesehatan diharapkan berperan.
ADVERTISEMENT
Dalam manajemen krisis ini, rem dan gas harus betul-betul seimbang. Tidak bisa ngegas di ekonomi tapi kesehatan terabaikan. Tidak bisa juga konsentrasi di kesehatan tapi ekonomi terganggu.
Menteri BUMN Erick Thohir bersama Basuki Tjahja Purnama alias Ahok di Kementerian BUMN, Jumat (22/11/2019). Foto: Dok. Kementerian BUMN

Ahok Ingin Dirut Pertamina Orang Internal

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bicara soal restrukturisasi di perusahaan migas pelat merah tersebut.
Melalui video yang diunggah Pertamina, Ahok menjelaskan promosi jabatan yang kini bisa diikuti semua insan Pertamina. Ia ingin semua karyawan Pertamina dari level bawah pun bisa menjadi Senior Vice President (SVP), bahkan Direksi.
"Yang perlu kita perhatikan pada seluruh insan Pertamina adalah kita akan memasuki sebuah budaya baru. Membuka kesempatan kepada seluruh insan Pertamina, golongan yang PRL-nya di bawah 15 pun, Anda berhak untuk ikut tes menduduki sampai SVP," kata Ahok seperti dikutip dari video yang diunggah Pertamina, Kamis (16/7).
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, nantinya Direktur Utama Pertamina bisa dipilih dari internal. "Harapan kita ke depan nanti Dirut Pertamina pun tidak perlu lagi dari BUMN lain, tapi bisa dari insan Pertamina yang mendudukinya," ujarnya.

Ahok Bicara Restrukturisasi Pertamina

Ahok juga angkat bicara soal restrukturisasi Pertamina. Salah satunya soal pembentukan subholding pada Juni lalu. Pertamina tengah mempersiapkan diri melepas subholding hulu minyak dan gas, untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Initial Public Offering (IPO). Lewat IPO ini, Ahok berharap masyarakat bisa ikut memiliki Pertamina.
"Dengan adanya subholding-subholding ini, kita harapkan masyarakat semua bisa berpartisipasi, memiliki Pertamina," kata Ahok seperti dikutip dari video yang diunggah Pertamina, Kamis (16/7).
Sebelumnya diberitakan, Menteri BUMN Erick Thohir meminta Nicke Widyawati melepas anak usaha yang berada di subholding ke lantai bursa melalui IPO.
ADVERTISEMENT
Dia meminta dua anak usaha Pertamina melepas saham perdananya ke lantai bursa dalam dua tahun ke depan. Alasannya, agar ada transparansi dan akuntabilitas pada perusahaan di BUMN perminyakan.
"Kita target dua tahun ke depan Bu Nicke harus go public-an satu atau dua subholding agar KPI (Key Performance Index) jelas," kata Erick.
Subholding hulu migas didahulukan Pertamina untuk IPO, karena saat ini tren produksi dan lifting migas dari blok yang dikelola perusahaan terus turun. Karena itu, untuk menaikkan produksi Pertamina butuh uang banyak.