Berita Populer: Harga Emas hingga Sandi Kritik Jokowi soal Ekonomi

23 Februari 2020 9:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menunjukkan sampel emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Selasa (3/9). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menunjukkan sampel emas batangan di Butik Emas Logam Mulia, Jakarta, Selasa (3/9). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
Berita populer ekonomi bisnis pada Sabtu (22/2) ditopang oleh kenaikan harga emas Antam yang tembus di atas Rp 800.000. Tak hanya itu, mantan Calon Wakil Presiden, Sandiaga Uno yang melontarkan kritik ke klaim Presiden Jokowi soal perekonomian juga menjadi trending dan paling dicari pembaca kumparanBisnis. Ada juga berita soal Benny Tjokro, pemain saham yang ditahan Kejaksaan dalam kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Berikut berita populer ekbis rangkuman kumparan.
ADVERTISEMENT

Harga Emas Melambung, Tembus Rp 804.000 per Gram

Lonjakan pada harga emas Antam atau PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) belum berhenti. Kenaikan kembali terjadi hari ini. Begitu pula dengan harga buyback atau pembelian kembali.
Melansir dari situs perdagangan Logam Mulia, Sabtu (22/2), kenaikan pada hari ini sebesar Rp 11.000 menjadi Rp 804.000 per gram. Sedangkan harga buyback naik Rp 11.000 menjadi Rp 725.000 per gram.
Harga emas ini berlaku di kantor Antam Pulogadung, Jakarta. Harga ini sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,9 persen. Sertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen). Untuk harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.
Sandiaga Uno saat mengunjungi gerai kacamata merk Saturdays. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan

Kritik Sandiaga Uno ke Klaim Jokowi

Presiden Jokowi memamerkan bahwa ekonomi Indonesia berada di peringkat 7 dunia berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli.
ADVERTISEMENT
Jokowi juga menjelaskan bahwa Indonesia sudah masuk dalam G20, yakni kelompok negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP) yang dihasilkan.
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, punya pendapat lain. Menurut Sandi, data-data yang dipaparkan Jokowi hanya sebatas hitam di atas putih. Data tersebut tak mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia yang sesungguhnya.
“Saya selalu bilang waktu kemarin di debat Pilpres, data-data tersebut hitam di atas putih, berkaitan dengan angka-angka statistik yang terkadang tidak tercermin dengan apa yang dirasakan di lapangan,” ungkap Sandiaga kepada kumparan, Sabtu (22/2).
Menurut Sandi, kenyataannya saat ini lapangan pekerjaan yang tersedia masih sedikit, tak cukup menampung jumlah para pencari kerja. Alhasil, banyak masyarakat yang jadi pengangguran. Di sisi lain harga bahan pokok mengalami kenaikan.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini tentunya berbanding terbalik dengan data yang menyatakan ekonomi Indonesia nomor 7 sedunia. Menurut Sandi, prestasi tersebut memang patut disyukuri. Namun Sandi mengingatkan agar semua pihak juga tidak tutup mata tentang kondisi sesungguhnya yang terjadi di Indonesia.
Surat tulisan tangan tersangka kasus Jiwasraya, Benny Tjokro Saputro. Foto: Dok. Bob Hasan

Curhat Tulis Tangan, Benny Tjokro soal Jiwasraya

Tersangka kasus Jiwasraya, Benny Tjokrosaputro alias Benny Tjokro, mengungkapkan keresahannya alias curhat melalui surat tulisan tangan. Komisaris PT Hanson International Tbk (MYRX) itu menulis surat tersebut dari dalam tahanan Kejaksaan Agung.
Salah seorang kuasa hukum Benny Tjokro, Bob Hasan, menyampaikan surat tersebut kepada media. Dalam surat tanpa tanda tangan dan tanggal itu, Benny Tjokro merasa dikorbankan dalam kasus Jiwasraya yang membuatnya dijerat hukum.
"Jangan demi gengsi, Pimpinan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) RI dan Kejagung mengorbankan pihak lain (Perusahaan publik) spt Hanson untuk dirampas asetnya demi tutup lubang yg dibuat pihak lain di Jiwasraya," tulis Benny di surat yang salinannya diterima kumparan, Sabtu (22/2) malam.
ADVERTISEMENT
Tapi dalam surat itu, Benny Tjokro tak menyebutkan siapa pihak lain yang disebutnya telah membuat 'lubang' di Jiwasraya. Konfirmasi kumparan ke Bob Hasan, hingga berita ini ditayangkan juga belum direspons.
Dalam surat itu, Benny Tjokro juga meminta BPK RI jangan memaksakan audit terlalu cepat, kalau belum selesai memeriksa Jiwasraya pada periode 2006-2016.
"Tolong BPK RI & Kejagung periksa juga pembelian saham langsung maupun lewat manajer-manajer investasi tahun 2006-2016. Siapa aja yg buat lubang awal Jiwasraya," imbuhnya.