Berita Populer: Rupiah Keok hingga Tokopedia Tutup Ribuan Toko

24 Maret 2020 6:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan e-commerce Tokopedia. Foto: Jofie Yordan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan e-commerce Tokopedia. Foto: Jofie Yordan/kumparan
ADVERTISEMENT
Meluasnya virus corona menyebabkan dampak besar dari berbagai sektor ekonomi. Mulai dari rupiah yang keok terjun bebas ke level Rp 16.800 pada kemarin hingga Tokopedia yang menutup ribuan toko di lapak mereka.
ADVERTISEMENT
Berita-berita tersebut menjadi yang terpopuler sepanjang hari kemarin. Berikut kumparan rangkum, Selasa (24/3).

1. Nilai Tukar Rupiah Anjlok Lagi, di Bank Dijual Rp 16.800

Nilai tukar rupiah kemarin kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah pada Senin (23/3) berada pada level terendahnya sejak awal tahun 2020. Nilai tukar rupiah pada Senin (23/3) bahkan mendekati nilai kurs saat krisis ekonomi tahun 1998.
Pada Juni 1998, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada titik terendahnya di level Rp 16.950.
Mengutip data Financial Times, Senin (23/3), nilai tukar rupiah hari ini pada pukul 9.17 WIB bergerak tertekan di Rp 16.460,00 terhadap dolar AS atau melemah 560,00 poin (3,52 persen). Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) berada di posisi Rp 16.273 pada posisi 20 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam transaksi konvensional di perbankan tanah air, sudah ada yang menjual dolar AS di posisi Rp 16.800. Berikut daftar nilai tukar rupiah Senin (23/3) terhadap dolar:
Bank Mandiri: kurs jual Rp 16.300 (posisi 20/3)
BCA: kurs jual di Rp 16.800
BNI: kurs jual di Rp 16.800
BRI: kurs jual di Rp 16.510
Panin: kurs jual di Rp 16.780

2. Bagaimana Nasib Perbankan?

Lantas seberapa kuat sektor keuangan seperti perbankan di Indonesia menghadapi pelemahan mata uang rupiah? Apalagi menurut catatan Bank Indonesia (BI), total utang luar negeri sektor perbankan Tanah Air mencapai USD 35,196 miliar pada 2019.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan uji ketahanan atau stress test pada perbankan. Stress test dilakukan pada tahun 2018. Salah satunya terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di level Rp 20.000. Hasilnya, industri perbankan masih kuat ketika diuji hingga kurs rupiah terhadap dolar AS di level Rp 20.000.
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Selain itu, perbankan tersebut tetap menunjukkan permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang cukup kuat walaupun dilakukan dengan berbagai macam metodologi.
ADVERTISEMENT
"Stress test ini permodalan perbankan relatif tinggi dengan negara lain. Stress test kita cara metodologi tetap kuat 22 persen dengan berbagai skenario. Nilai tukar berapa pun enggak berdampak ke permodalan perbankan," ujar Wimboh di Gedung BI, Jakarta, Senin (30/4/2018).
Dia juga menjelaskan, OJK juga melakukan stress test terkait surat berharga perbankan jika imbal hasil atau yield naik tinggi dan surat berharga turun. Menurutnya, hal ini tak berdampak signifikan ke surat berharga perbankan.
Bank Indonesia (BI) terus berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pasar keuangan. Untuk itu, demi menjaga nilai tukar rupiah, salah satu kiat yang dilakukan BI adalah dengan ikut memborong Surat Berharga Negara (SBN) sejak awal 2020. Tak tanggung-tanggung, nilainya pun cukup besar. Sampai 18 Maret 2020, bank sentral telah melakukan operasi pasar terbuka melalui pembelian SBN hingga Rp 195 triliun.
ADVERTISEMENT
Perry menegaskan bahwa BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Ada beberapa hal dilakukan Bank Sentral untuk meningkatkan intensitas stabilisasi. Yaitu melalui pasar DNDF, pasar spot, dan pembelian SBN dari pasar sekunder.
Selain dengan operasi pasar terbuka, Bank Sentral telah melakukan kebijakan moneter lainnya, yakni memangkas suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin ke 4,5 persen.

3. Tokopedia Tutup Ribuan Toko yang Lambungkan Harga Masker hingga Hand Sanitizer

Tokopedia menutup ribuan toko yang berjualan di platform perusahaan secara permanen. Ribuan toko tersebut dianggap melanggar karena menjual alat kesehatan dengan harga selangit, jauh dari harga normalnya.
"Menanggapi harga tidak wajar atas produk kesehatan maupun kebutuhan pokok lain sebagai dampak dari COVID-19, Tokopedia telah menutup permanen ribuan toko online dan melarang tayang puluhan ribu produk yang terbukti melanggar," jelas VP of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak melalui keterangan tertulis.
Perusahaan e-commerce Tokopedia. Foto: Tokopedia
Di sisi lain, kata Nuraini, Tokopedia juga memotong 100 persen biaya layanan untuk penjual kategori produk kesehatan. Tujuannya, demi memastikan ketersediaan produk di situs mereka.
ADVERTISEMENT
"Tokopedia juga memotong biaya layanan 100 persen untuk penjual di kategori produk kesehatan dan kebutuhan pokok lain. Selain lewat edukasi, langkah ini dinilai dapat mendorong penjual selalu memastikan ketersediaan produk, juga menjaga harga tetap stabil," pungkasnya.