Bertemu Jokowi, Bos Vale Bahas Rencana Tambah Investasi dan Divestasi

23 September 2019 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi tambang Nikel Milik PT Vale Indonesia Foto:  Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi tambang Nikel Milik PT Vale Indonesia Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berniat untuk menambah investasinya di Indonesia. Ada sejumlah rencana bisnis yang akan digarap Vale Indonesia, termasuk pembangunan smelter baru.
ADVERTISEMENT
"Jadi grup Vale ingin memberikan beberapa komitmen bahwa mereka mau stay long di Indonesia. Mengenai investasi yang kita mau invest di Indonesia dan kita mau tinggal di Indonesia long term," ungkap Presiden Direktur Vale Indonesia Nicholas Kanter, usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (23/9).
Untuk tambahan investasi, Vale Indonesia tetap akan menggenjot produksi feronikel dan HPAL (High Pressure Acid Leaching Process). Sedangkan investasi lainnya adalah Vale mau membangun smelter baru.
"Smelter yang akan dibangun itu nanti semuanya akan berkisar di feronikel dan HPAL yang nantinya akan menjadi bahan baku," ujarnya.
Lokasi tambang Nikel Milik PT Vale Indonesia Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Sementara itu, dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai rencana divestasi Vale Indonesia. Kanter menyebut, pemerintah akan membantu mempercepat proses divestasi Vale. Dia pun sempat berbicara dengan Menteri BUMN Rini Soemarno. Namun untuk detailnya, belum akan diumumkan.
ADVERTISEMENT
"Kan dia (Presiden Jokowi) bilang akan dipercepat. Jadi Insyaallah doain aja ya," ucapnya.
Sebelumnya, Vale Indonesia berencana divestasi 20 persen saham ke pemerintah lewat surat ke Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono pada Januari 2019.
Sesuai dengan amandemen Kontrak Karya (KK) pada 2014, Vale wajib mendivestasikan 40 persen saham ke pihak Indonesia. Vale telah melepas 20 persen sahamnya melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), maka perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia ini tinggal melepas 20 persen lagi.