BI Bakal Tambal Defisit APBN Rp 125 Triliun hingga Akhir 2020

6 Mei 2020 13:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kebutuhan pembiayaan dalam APBN 2020 mencapai Rp 1.439,8 triliun. Dari jumlah ini, sebanyak Rp 856,8 triliun akan dipenuhi dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Selain dari penerbitan obligasi negara, defisit fiskal tersebut juga akan dipenuhi dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah dan Global Bond. Jumlahnya mencapai Rp 300 triliun.
Sehingga, sisa kebutuhan penerbitan SBN rupiah di dalam negeri dari kuartal II hingga akhir tahun ini sebesar Rp 506,8 triliun.
"Untuk penerbitan SBN rupiah, kurang lebih Rp 506 triliun, kalau dilelang sampai akhir tahun kurang lebih Rp 28 triliun per lelang. Insyaallah bisa sebagian besar diserap pasar, baik investor domestik maupun asing," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam rapat kerja virtual dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020, BI diperbolehkan untuk membeli surat utang pemerintah tersebut di pasar perdana. Namun dalam kesepakatan dengan pemerintah, otoritas moneter hanya diperbolehkan membeli maksimal 25 persen dari kebutuhan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, dari kebutuhan pembiayaan untuk menutup defisit APBN 2020 itu, sebanyak Rp 125 triliun di antaranya akan dibeli oleh BI secara langsung di pasar perdana.
"Kalau misal dihitung maksimum 25 persen, kalau dihitung Rp 506 triliun, terus terang hitung-hitungan kami Rp 450 triliun sampai Rp 506 triliun, kalau diambil maksimal Rp 500 triliun, ini 25 persennya sekitar Rp 125 triliun. Tentu saja kemungkinan BI akan beli SBN dari pasar perdana untuk kebutuhan SBN above the line," jelasnya.
Ada pun sumber pembiayaan utang tahun ini mencapai Rp 1.439,8 triliun. Pembiayaan ini berasal dari penarikan pinjaman Rp 150,5 triliun dan penerbitan SBN Rp 1.289,3 triliun.
Namun penerbitan SBN itu perlu dikurangi realisasi sampai akhir Maret 2020 yang sebesar Rp 221,4 triliun, program pemulihan ekonomi nasional Rp 150 triliun, dan penurunan Giro Wajib Minimum perbankan Rp 105 triliun.
ADVERTISEMENT
Sehingga pembiayaan SBN sebesar Rp 812,9 triliun, ditambah dengan SPN yang jatuh tempo di tahun in Rp 43,9 triliun menjadi Rp 856,8 triliun sejak kuartal II hingga IV 2020.
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona