BI Butuh Rp 161,4 T di 2023, untuk Jaga Stabilitas Rupiah hingga Bayar Gaji

21 November 2022 19:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberi sambutan di rangkaian acara KTT G20 yang digelar di Bali, Senin (14/11/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberi sambutan di rangkaian acara KTT G20 yang digelar di Bali, Senin (14/11/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) telah menganggarkan dana sebesar Rp 161,43 triliun di 2023. Anggaran tersebut akan digunakan untuk menjaga stabilitas rupiah hingga pembayaran gaji.
ADVERTISEMENT
Dana itu terdiri dari anggaran pengeluaran dan anggaran kebijakan sebesar Rp 145,93 triliun. Adapun pengeluaran anggaran operasional tercatat sebesar Rp 14,29 triliun. Sedangkan proyeksi penerimaan tercatat sebesar Rp 141,43 triliun pada tahun depan.
Kemudian, penerimaan dari anggaran kebijakan sebesar Rp 112,77 triliun dan penerimaan anggaran pengoperasian mencapai Rp 28,66 triliun. BI juga menganggarkan pembayaran gaji sebesar Rp 4,7 triliun dan anggaran manajemen sumber daya manusia Rp 3,09 triliun.
Selanjutnya, anggaran operasional kegiatan pendukung sebesar Rp 2,06 triliun. Program sosial BI dan pemberdayaan UMKM sebesar Rp 1,23 triliun dan pembayaran pajak Rp 1,47 triliun serta pencadangan dipatok sebesar Rp 378 miliar.
Berdasarkan perhitungan tersebut, BI akan mengalami defisit Rp 19,99 triliun. Hal tersebut disebabkan oleh defisit pada pos anggaran kebijakan sebesar Rp 33,15 triliun.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi logo Bank Indonesia. Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan anggaran ini berkaitan dengan langkah-langkah bank sentral melakukan untuk melakukan stabilitas baik kenaikan suku bunga hingga menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Secara keseluruhan tahun RATBI 2023 diperkirakan defisit sebagaimana dilihat di tabel Rp 19,99 triliun terutama dari defisit anggaran kebijakan. Anggaran kebijakan defisit Rp 33,15 triliun di mana anggaran operasional surplus Rp 13,16 triliun," ujar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI di DPR RI, Senin (21/11).
Perry merincikan defisit anggaran pada 2023 juga bersumber dari besar pasak daripada tiang. Total penerimaan diperkirakan sebesar Rp 141,43 triliun sedangkan total pengeluaran diperkirakan mencapai Rp 161,43 triliun.
Adapun pengeluaran ini terdiri dari penerimaan anggaran kebijakan sebesar Rp 112,77 triliun dan penerimaan anggaran operasional sebesar Rp 28,66 triliun. Sementara itu, kata Perry, pengeluaran terdiri dari pengeluaran anggaran kebijakan sebesar Rp 145,93 triliun dan anggaran pengeluaran operasional sebesar RP 15,49 triliun.
ADVERTISEMENT
"Gambaran RATBI 2023 yang diajukan ini untuk mendukung anggaran yang antisipatif dan adaptif dalam mendukung mandat BI dan kontribusi pemulihan ekonomi," terang Perry.