BI Diprediksi Tahan Suku Bunga 6 Persen Hari Ini

24 April 2024 12:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024).  Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah ekonom memproyeksi Bank Indonesia (BI) bakal menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6 persen pada rapat dewan gubernur 23-24 April 2024.
ADVERTISEMENT
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan inflasi umum meningkat menjadi 3,05 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada bulan Maret 2024.
Selama enam bulan terakhir, kenaikan harga pangan merupakan penyumbang utama inflasi tahunan, dipengaruhi oleh tertundanya musim panen yang bergeser ke akhir Maret 2024 hingga April 2024.
Riefky menjelaskan dalam sebulan terakhir, kenaikan harga pangan semakin diperburuk oleh meningkatnya permintaan pangan selama bulan Ramadan.
"Rupiah saat ini sedang menghadapi tekanan mata uang yang sangat besar dan lonjakan arus keluar modal dalam dua minggu terakhir, yang dipicu oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan sentimen ‘high-for-longer’ dari The Fed," kata Riefky kepada kumparan, Rabu (24/4).
ADVERTISEMENT
Dia menilai, kebijakan BI untuk menaikkan suku bunga saat ini akan merugikan sektor riil. Untuk itu, ia memproyeksi BI masih akan mempertahankan suku bunga.
"Kami berpandangan bahwa BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 6 persen untuk saat ini," ungkapnya.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga. Hal itu dilakukan untuk menjaga fundamental rupiah.
"Untuk RDG BI pada bulan April 2024 ini, kami melihat bahwa BI akan cenderung masih akan mempertahankan BI-rate pada level 6 persen," kata Josua kepada kumparan.
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Josua menjelaskan, pelemahan rupiah disebabkan data-data indikator ekonomi AS yang masih solid sehingga ruang pemotongan suku bunga kebijakan the Fed bergeser dari Juni 2024 ke September 2024.
ADVERTISEMENT
Pelemahan rupiah juga lebih disebabkan oleh faktor musiman di mana pembayaran dividen dan kupon ke non-resident serta pembayaran pokok ULN akan meningkat dan mencapai puncaknya setiap kuartal kedua tiap tahun.
"Untuk menahan pelemahan rupiah lebih lanjut, sebenarnya BI masih memiliki amunisi yang cukup banyak atau kuat didukung oleh cadangan devisa yang masih terbilang relatif tinggi sehingga BI masih bisa akan masuk dan melakukan intervensi di pasar valuta asing," tutur dia.
Josua menjelaskan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk meningkatkan efektivitas kebijakan triple intervention seperti intervensi yang dilakukan BI pada pasar DNDF, pasar spot, dan SBN. Keputusan tersebut sudah membuahkan hasil di tengah gempuran sentimen risk-off yang belakangan ini terus terjadi.
Menurutnya, pelemahan rupiah saat ini sudah cenderung semakin terbatas. Cadangan devisa yang terbilang relatif tinggi juga menjadi modal yang cukup kuat bagi BI.
ADVERTISEMENT
"Terkait dengan menggalakkan kembali kebijakan DHE memang menjadi sangat diperlukan, mengingat surplus perdagangan pada Maret 2024 yang kembali naik ke atas USD 4 miliar atau tertinggi sejak Februari 2023 belum terasa dampaknya pada pasar valuta asing Indonesia," kata Josua.