BI: Gejolak Ekonomi Global Mereda, Rupiah Akan Menguat Sepanjang 2019

5 Maret 2019 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penukaran Uang Dolar dan Rupiah Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penukaran Uang Dolar dan Rupiah Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini kembali menguat. Bank Indonesia (BI) pun memprediksi nilai tukar rupiah akan terus stabil dan cenderung menguat hingga akhir 2019.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data perdagangan Reuters hari ini, rupiah berada di level Rp 14.105 per dolar AS, menguat dibandingkan pembukaan pada pagi tadi yang berada di level Rp 14.135 per dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah, mengatakan penguatan rupiah didorong faktor global maupun domestik. Salah satunya hasil negosiasi perdagangan antara AS-China yang mengarah ke kesepakatan.
Selain itu, menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, juga terkait kebijakan moneter Bank Sentral AS atau Federal Reserve yang lebih melunak alias dovish.
"Kalau dari sentimen global sudah bagus, dan The Fed berikan sinyal lebih dovish," ujar Nanang di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/3).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Sementara di sektor domestik, dana asing yang masuk ke dalam negeri atau capital inflow hingga pekan lalu mencapai Rp 68 triliun. Masuknya dana tersebut memberikan tambahan suplai valas dan membuat rupiah semakin stabil.
ADVERTISEMENT
"Jadi rupiah sekarang sudah sangat stabil sekali. Yang suplai ada, yang jual ada eksportir juga aktif, importir masuk, inflow masuk, jadi agak lebih berimbang," jelasnya.
Nanang memastikan rupiah akan terus bergerak stabil dan cenderung menguat hingga akhir tahun ini. Sentimen negatif dari global sudah mereda. Adapun saat ini rupiah dinilai masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalue).
"Kecenderungannya bisa menguat, karena faktor 2018 yang timbulkan tekanan sekarang sudah mereda. Masalah sengketa dagang, kenaikan suku bunga The Fed, tinggal Brexit yang belum selesai," katanya.