news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BI: Hanya 20 Persen Devisa Hasil Ekspor Ditukar ke Rupiah

27 Desember 2019 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat devisa hasil ekspor selama Oktober 2019 sebesar USD 12 miliar. Dari data tersebut, 95 persennya atau sekitar USD 11,4 miliar masuk ke bank domestik.
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, mengatakan devisa ekspor yang masuk ke perbankan domestik itu masih dalam bentuk valuta asing (valas). Hanya 20 persennya, yakni USD 2,28 miliar atau Rp 31,9 triliun (kurs Rp 14.000 per USD), yang telah dikonversi ke dalam rupiah.
Padahal berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 18/10/PBI/2016, pengusaha wajib melaporkan devisa hasil ekspor. Tak hanya itu, dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019, pemerintah juga menetapkan pengusaha wajib melaporkan dan mengkonversi devisa hasil ekspor ke dalam rupiah.
"Belum semua di-convert ke rupiah. Yang di-convert ke rupiah enggak lebih dari 20 persen, masih sedikit," ujar Destry di Kantor Pusat Bea Cukai, Jakarta, Jumat (27/12).
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Destry memahami, masih banyak pengusaha yang enggan mengkonversi devisa tersebut ke rupiah. Salah satunya karena kebutuhan eksportir yang masih memerlukan valas untuk biaya impor.
ADVERTISEMENT
"Tapi kami memahami ini kebutuhan eksportir juga. Karena kebanyakan eksportir itu kan dia importir juga, jadi memang masih memerlukan dolarnya," jelasnya.
Namun demikian, devisa hasil ekspor yang masuk ke perbankan domestik itu, kata Destry, cukup membantu penguatan rupiah. Terbukti, selama Oktober 2019 rupiah stabil di kisaran Rp 14.100 per USD, bahkan sempat menyentuh Rp 13.900 per USD berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) BI.
"Yang penting dia masuk ke domestik, dia menambah suplai dolar kita. Makanya kalau dilihat kenapa rupiah relatif stabil ya, bahkan ada di kisaran Rp 13.900-an," tambahnya.