BI Kembali Minta Bank Turunkan Bunga Kredit Demi Bantu Dunia Usaha

22 Juli 2021 16:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meminta perbankan terus menurunkan suku bunga kredit untuk membantu memberikan pinjaman ke dunia usaha. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkuat ekonomi nasional di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Dari sisi suku bunga acuan, BI memutuskan untuk mempertahankannya di level 3,5 persen bulan ini dengan mempertimbangkan inflasi yang rendah dan ketidakpastian ekonomi global.
"Bank Indonesia mengharapkan perbankan untuk terus lanjutkan penurunan suku bunga kredit sebagai bagian dari upaya bersama mendorong kredit dan pembiayaan dunia usaha dalam rangka perkuat ekonomi nasional," kata dia dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur, Kamis (22/7).
Meski begitu, dia mengapresiasi perbankan yang selama ini sudah menurunkan suku bunga kreditnya di berbagai sektor, meskipun masih terbatas. Misalnya di pasar uang dan pasar dana, suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) overnight dan suku bunga 1 bulan deposito perbankan telah menurun, masing-masing sebesar 153 bps dan 209 bps sejak Mei 2020 menjadi 2,79 persen dan 3,60 persen pada Mei 2021.
ADVERTISEMENT
Di pasar kredit, penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan terus berlanjut, meski dengan besaran respons yang lebih terbatas, yaitu menurun sebesar 169 bps sejak Mei 2020 menjadi 8,86 persen pada Mei 2021.
Menurutnya, Harga Pokok Dana untuk Kredit (HPDK) menjadi pendorong utama penurunan SBDK, sementara peningkatan margin keuntungan masih berlanjut pada kelompok KCBA dan bank BUMN.
Ilustrasi membayar cicilan kartu kredit. Foto: Shutter Stock
Di sisi lain, premi risiko perbankan menunjukkan penurunan, yang mengindikasikan persepsi risiko perbankan terhadap dunia usaha yang cenderung membaik. Penurunan premi risiko tersebut mendorong penurunan suku bunga kredit baru di hampir semua kelompok bank, kecuali kelompok Bank Umum Swasta Nasional (BUSN).
"Berdasarkan jenis kredit, penurunan suku bunga kredit baru paling dalam terjadi pada jenis kredit mikro, diikuti oleh jenis kredit investasi dan modal kerja," kata Perry.
ADVERTISEMENT
Untuk rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Mei 2021 tetap tinggi sebesar 24,28 persen dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap terjaga, yakni 3,35 persen (bruto) dan 1,10 persen (neto).
"Di tengah kondisi likuiditas yang tetap longgar dan penurunan suku bunga kredit baru, intermediasi perbankan mulai tumbuh positif meskipun belum kuat yaitu sebesar 0,59 persen (yoy) pada Juni 2021," lanjutnya.
Perbaikan ini didorong oleh mulai membaiknya permintaan kredit seiring dengan berlanjutnya pemulihan kinerja dan aktivitas korporasi, rumah tangga dan UMKM.
Dari sisi suplai, pertumbuhan kredit yang mulai positif tersebut didorong oleh mulai melonggarnya index of lending standard. Pertumbuhan kredit diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada triwulan III 2021, sejalan dengan menurunnya kegiatan ekonomi karena pembatasan mobilitas terhadap pandemi COVID-19, dan kembali meningkat pada kuartal IV 2021.
ADVERTISEMENT
"Dengan perkembangan tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2021 menjadi 4-6 persen dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 6-8 persen," katanya.
Dia mengenaskan, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan KSSK untuk implementasi lebih lanjut paket kebijakan terpadu KSSK dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas, termasuk UMKM.