news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BI: Pertumbuhan Ekonomi Global Akan Melambat di 2023

21 November 2022 12:14 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (28/9/2021). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (28/9/2021). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi kondisi gejolak perekonomian global masih akan terjadi sampai dengan 2023. Ia menilai potensi resesi di negara-negara maju tidak terkecuali Amerika Serikat (AS) semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
"Kondisi global tahun ini dan tahun ke depan itu masih akan terus bergejolak," ujar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI di DPR RI, Senin (21/11).
Hal ini disebabkan oleh konflik antara Rusia dan Ukraina yang tidak menemui titik terang. Padahal, para kepala negara saat G20 di Bali lalu telah mendorong untuk mengakhiri konflik tersebut.
Menurutnya, kondisi tersebut juga kian diperburuk dengan kembali memanasnya perang dagang antara AS dan Tiongkok. Adapun juga meningkatnya ketegangan geopolitik di Taiwan dengan China.
"Kita juga tahu Tiongkok akan memperpanjang kebijakan lockdown-nya setengah tahun ke depan, dua kuartal ke depan dan karenanya memang ini kondisi global yang berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia dan seluruh dunia tentu saja itu juga berpengaruh dari tingginya harga energi dan lain-lain," kata dia.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, sambungnya, pertumbuhan ekonomi global akan melambat pada 2023 diikuti dengan tingginya tekanan inflasi, agresifnya kenaikan suku bunga kebijakan moneter di negara maju dan berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan.
"Slowing growth pertumbuhan yang akan melambat bahkan ada risiko-risiko sejumlah negara resesi," ungkapnya.
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia yang semula tahun ini diperkirakan sebesar 3 persen, berpotensi akan turun menjadi 2,6 persen pada 2023. Bahkan, karena permasalahan peperangan yang tak kunjung usai itu menurut dia akan bisa semakin melemah menjadi 2 persen.
"Resesi di AS probabilitas sudah mendekati 60 persen apalagi di Eropa bahkan kondisi winter tahun ini belum yang terburuk, tahun depan terburuk karena berkaitan dengan kondisi geopolitik, fragmentasi politik, ekonomi dan investasi adalah slowing growth pertumbuhan yang melambat," pungkas Perry.
ADVERTISEMENT