BI Proyeksi Suku Bunga AS Naik 4 Kali di 2022, Apa Dampaknya ke Ekonomi RI?

20 Januari 2022 17:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed, akan naik empat kali di tahun ini. Untuk itu, BI pun melakukan sejumlah antisipasi terhadap dampak perubahan kebijakan moneter The Fed.
ADVERTISEMENT
"Secara keseluruhan kami buat kesimpulan dan jadi dasar kami melihat, antisipasi, dan menempuh respons kebijakan sisi BI, keseluruhan baseline skenario kami, Fed Fund Rate akan naik empat kali tahun ini," ujar Perry saat konferensi pers virtual, Kamis (20/1).
Dia melanjutkan, dampak kenaikan suku bunga AS itu akan mempengaruhi sisi eksternal ekonomi RI. Seperti kenaikan imbal hasil atau yield surat berharga pemerintah AS atau US Treasury. Sejumlah pihak pun mengkhawatirkan dampak kenaikan yield tersebut bisa menimbulkan aliran modal asing keluar dari Indonesia.
Bahkan Perry memproyeksi kenaikan yield US Treasury bisa lebih tinggi dari 2 persen dibandingkan yield Surat Berharga Negara (SBN).
"Oleh karena itu, dampak yang kami lihat seberapa jauh yield SBN akan naik, demikian juga dampaknya ke nilai tukar rupiah, karena dalam bandingkan yield SBN dan US Treasury dapat dibandingakan cover atau tidak uncover, yakni dengan perhitungkan tingkat depresiasi dan perkembangan nilai tukar rupiah atau tidak," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Perry memastikan dampak kenaikan suku bunga The Fed tersebut akan terus diantisipasi bank sentral. Termasuk dari sisi nilai tukar rupiah, yang dipengaruhi faktor global dan domestik.
"Push faktor dan juga pull faktor, di dalam global memang pengaruh US Treasury naik tentu saja akan berikan tekanan pelemahan nilai tukar rupiah, tapi dilihat indeks dolar AS ke berbagai mata uang juga alami pelemahan, jadi tarikan ini kami lihat," tambahnya.