BI Puji Pemerintah Atasi Krisis Akibat Pandemi: Belum Pernah dalam Sejarah

15 Oktober 2020 9:31 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (tengah) berpidato di depan para pedagang kecil yang terdampak COVID-19 di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (tengah) berpidato di depan para pedagang kecil yang terdampak COVID-19 di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) memuji langkah-langkah pemerintah di bidang pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi. Berbagai kebijakan pencegahan krisis yang diambil pemerintah, bahkan dinilai sangat luar biasa karena belum pernah dilakukan sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Juda Agung, menilai respons pemerintah tak sekadar memadai, bahkan sangat responsif. Dia pun membandingkan dengan penanganan tiga krisis ekonomi dan keuangan terdahulu.
"Kalau kita lihat dengan krisis ekonomi 1998, lalu 2008 ada krisis finansial global, juga 2013 ada taper tantrum. Kalau dibanding sekarang, respons pemerintah sangat komprehensif," kata Juda dalam diskusi bersama redaktur media, Rabu (14/10).
Berbagai langkah pemulihan ekonomi yang diambil pemerintah itu, menurut Juda belum pernah dilakukan dalam penanganan krisis sebelumnya. Seperti sejumlah stimulus pajak, bantuan listrik gratis untuk pelanggan kecil, subsidi bunga kredit perbankan, termasuk juga penjaminan.
"Ini belum pernah dalam sejarah, memberikan penjaminan sampai seperti sekarang. Sementara untuk debitur lama, diberikan restrukturisasi kredit hingga setahun, lalu ada penempatan dana pemerintah di Himbara dan BPD dan akan diperluas ke bank swasta. Ini belum pernah ada di dalam sejarah krisis kita," ujarnya.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Juda Agung (kiri) saat memberikan paparan di CGV Grand Indonesia. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Dia menambahkan, pandemi COVID-19 telah menimbulkan guncangan (shock) terhadap perekonomian setiap negara, hingga meluas secara global. Jika dibandingkan, setiap negara mengambil langkah penanganan yang luar biasa, namun menurutnya yang dilakukan Pemerintah Indonesia sudah sangat komprehensif.
ADVERTISEMENT
Juda mengakui ada persoalan di sisi demand karena segmen rumah tangga dan korporasi mengurangi ekspansi. Akibatnya penyerapan pembiayaan dari sektor keuangan melambat. Padahal pada aspek supply-nya tidak ada masalah.
Dia menyatakan perbankan nasional masih sangat solid. Kecukupan modalnya sangat memadai dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) di kisaran 23 persen. Demikian juga likuiditasnya sangat mencukupi. Demikian juga dengan korporasi-korporasi besar, rasio keuangannya dinilai Juda secara umum masih sangat bagus.
"Ini beda dengan saat krisis ekonomi 1998, di mana korporasi banyak yang collaps. Perbankan juga. Jadi sebenarnya ini in the good shape," tandas pejabat Bank Indonesia itu.
Dengan kondisi ini, Juda yakin begitu demand atas pembiayaan perbankan dari sektor riil dan rumah tangga pulih, maka bank siap menggelontorkan dana mereka.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.