BI Rate Naik Jadi 6,25 Persen, Permintaan Kredit Diproyeksi Masih Tinggi

24 April 2024 16:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (21/12/2023). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (21/12/2023). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen, dari semula 6 persen menjadi 6,25 persen di April 2024. Ekonom memproyeksi kenaikan suku bunga tersebut tidak akan berdampak pada permintaan kredit.
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk atau BCA, David Sumual, menuturkan permintaan kredit masih akan tetap stabil, meskipun suku bunga dikerek.
Adapum pertumbuhan kredit perbankan untuk kuartal I 2024 mencapai 12,4 persen (yoy). Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,44 persen (yoy).
“Permintaan kredit diperkirakan masih stabil. Pertumbuhan DPK industri actually improve lumayan di bulan Maret ke 7,44 persen, kredit di 12,40 persen,” kata David kepada kumparan, Rabu (24/4).
Di sisi lain, David juga bilang selain suku bunga BI juga masih memiliki kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) yang juga dapat menjaga pertumbuhan ekonomi.
“Selain kebijakan suku bunga juga diterbitkan kebijakan KLM untuk menjaga agar prospek pertumbuhan ekonomi terjaga. Ada insentif KLM untuk beberapa sektor tertentu seperti yang terkait, hilirisasi, perumahan, ekonomi kreatif, pariwisata,” jelas David.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin justru mengkhawatirkan kenaikan BI Rate bisa berimbas ke pertumbuhan kredit. Namun menurutnya, hal ini baru bisa dilihat setelah enam bulan sejak BI Rate naik.
“Secara umum dampaknya akan terasa di 6 bulan ke depan, ketika pertumbuhan kredit melambat, peningkatan BOPO (beban operasional pendapatan operasional), karena biaya bunga yangmungkin akan tinggi, seiring dengan tingginya bunga BI rate,” katanya kepada kumparan.
Dia menjelaskan, jika kondisi global kembali mengalami tekanan, BI bisa saja kembali menaikkan suku bunga. Hal ini pun akan membuat bunga kredit juga ikut naik.
Amin khawatir, nantinya kenaikan suku bunga BI yang terus terjadi itu justru membuat masyarakat sulit membayar cicilan kredit, sehingga menyebabkan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) meningkat.
ADVERTISEMENT
“Manakala pertumbuhan kredit melemah dan beberapa debitur-debitur mengalami kesulitan pembayaran, maka ini akan mempengaruhi NPL Bank, sehingga akhirnya akan mempengaruhi kinerja secara umum nantinya,” jelasnya.
Kenaikan BI Rate terjadi di luar ekspektasi pasar, karena BI telah menahan suku bunga selama 6 bulan berturut-turut sejak Oktober 2023. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI terjadi karena dinamika global yang bergerak sangat cepat. Serta untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 65 poin atau 0,40 persen di level Rp 16.155 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Sebelumnya, rupiah sempat menyentuh Rp 16.278 per dolar AS.
"BI rate naik karena untuk menjaga stabilitas rupiah dari dampak memburuknya risiko global," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/4).
ADVERTISEMENT