BI Sebut Ekspor RI ke AS Relatif Kecil, tapi Penggunaan Dolar Sampai 94 Persen

17 September 2021 16:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) telah menjalankan kerja sama Local Currency Settlement (LCS) atau transaksi menggunakan uang lokal antarnegara. Kebijakan tersebut dianggap bisa membuat Indonesia perlahan lepas dari monopoli dolar AS.
ADVERTISEMENT
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, mengakui transaksi Indonesia memang masih banyak menggunakan dolar AS. Padahal, kata Destry, aktivitas ekspor dan impor Indonesia ke AS tidak terlalu besar.
“Kalau kita lihat selama ini kita selalu bertransaksi baik ekspor impor menggunakan US dolar, padahal kalau kita lihat ekspor impor kita yang spesifik dengan Amerika itu relatif kecil. Ekspornya hanya 10 persen, impornya hanya 5 persen, tapi penggunaan dolarnya untuk ekspor sampai 94 persen, sementara impor sampai 83 persen,” kata Destry saat webinar yang digelar BI, Jumat (17/9).
Destry merasa kebergantungan terhadap dolar tersebut harus mulai dikurangi seperti dengan adanya LCS. Apalagi, transaksi perdagangan Indonesia bukan hanya ke Amerika saja.
“Ini yang tentunya menimbulkan untuk kita terus berpikir bagaimana caranya kita bisa meningkatkan perdagangan kita dengan mitra dagang kita, tapi tentunya tanpa membuat kita makin tergantung dengan dolar,” ujar Destry.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti di acara Implementasi sistem informasi monitoring devisa terintegrasi seketika. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Destry mengatakan LCS saat ini juga merupakan langkah tepat untuk meningkatkan transaksi dagang dengan mitra dagang utama Indonesia. Saat ini, kerja sama LCS sudah dilakukan dengan Thailand, Malaysia, Jepang, dan China.
ADVERTISEMENT
Destry mengungkapkan pihaknya juga ingin mendiversifikasi pasar valuta asing (valas) yang sekarang ini hanya dolar AS. Menurutnya, diversifikasi valas tersebut harus juga dengan mitra-mitra dagang utama Indonesia lainnya.
“Kita ingin juga mendiversifikasi pasar valas kita yang sekarang ini hanya dolar, tentunya ingin diversifikasi dengan pasar valas mitra-mitra dagang utama kita,” tutur Destry.