BI: Surat Utang Pakai Mata Uang China Bisa Tambah Devisa Negara

26 Juli 2019 16:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers di kantor pusat Bank Indonesia. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers di kantor pusat Bank Indonesia. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemerintah membuka peluang untuk menerbitkan obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi renminbi (RMB) China atau Panda Bond. Namun hingga saat ini, otoritas fiskal masih terus bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) mengenai rencana penerbitan tersebut.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penerbitan surat utang pemerintah, baik itu SBN berdenominasi dolar AS (Global Bond), euro (Euro Bond), yen (Samurai Bond), maupun renminbi (Panda Bond), akan menambah cadangan devisa negara. Sehingga hal ini bisa memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.
"Bond itu kan akan menambah penerimaan pemerintah dalam bentuk valuta asing. Kalau penerimaan dalam bentuk valuta asing kan nanti akan masuk ke rekening pemerintah di BI, akan meningkatkan cadangan devisa, dan itu akan juga memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah," ujar Perry di Komplek BI, Jakarta, Jumat (26/7).
Namun demikian, Perry mengakui hingga saat ini tak ada persiapan khusus mengenai penerbitan Panda Bond tersebut. Pemerintah, BI, dan OJK akan selalu berkoordinasi untuk setiap penerbitan instrumen surat utang tersebut.
ADVERTISEMENT
"Persiapan itu terus-terusan, enggak ada sesuatu yang persiapan khusus. Ini sudah pelaksanaannya secara reguler, apakah bentuknya dolar AS, euro, sukuk, Samurai, Panda dan segala macam itu adalah sesuatu yang reguler. Bedanya ini karena Panda baru pertama kali, itu saja," jelas dia.
Sebelumnya, Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Loto Srinaita Ginting mengatakan, hingga saat ini pihaknya juga masih terus mengkaji penerbitan instrumen tersebut dari berbagai hal. Mulai dari manajemen biaya hingga startegi pasar lainnya.
"Kalau dia (Panda Bond) istilahnya memang kompetitif, dia bisa jadi yang bisa dipertimbangkan," ujar Loto.
Ilustrasi Mata Uang Yuan Foto: REUTERS/Petar Kujundzic
Adapun hingga saat ini, pemerintah baru menerbitkan SBN berdenominasi valas seperti dolar AS (Global Bond), berdenominasi euro (Euro Bond), dan yen (Samurai Bond). Loto bilang, ruang untuk menerbitkan Panda Bond memang terbuka, apalagi permintaan pasar terhadap nata uang Negeri Tirai Bambu untuk semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau memang ya ke depan arah kita juga ada rencana menambah, termasuk eksposur utang kita dalam renminbi, ruang itu seharusnya terbuka," katanya.
Hingga 17 Juli 2019, pemerintah telah menerbitkan SBN berdenominasi rupiah sebesar Rp 319,46 triliun dan valas sebesar Rp 89,41 triliun.
Dari SBN valas tersebut, Global Bond merupakan yang terbesar yakni mencapai Rp 43,4 triliun. Disusul oleh Samurai Bond sebesar Rp 23,19 triliun, dan Euro Bond sebesar Rp 23,19 triliun.
Tahun ini, pemerintah menargetkan penerbitan SBN bruto sebesar Rp 825,7 triliun sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 untuk menutup defisit APBN yang ditarget 1,84 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah penerbitan ini menurun 3,59 persen dibanding posisi tahun lalu.
ADVERTISEMENT