BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Diperkirakan Menguat Tipis

18 September 2020 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini diperkirakan menguat tipis. Hal ini sejalan dengan keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan 4 persen selama bulan ini.
ADVERTISEMENT
Pada penutupan perdagangan Kamis (17/9), rupiah berada di level Rp 14.832 per dolar AS, menguat tipis 10 poin dibandingkan penutupan sebelumnya Rp 14.842 per dolar AS.
“Dalam perdagangan akhir pekan ini mata uang rupiah kemungkinan masih akan berfluktuatif dan ditutup menguat tipis antara 5-20 point di level Rp 14.800-14.870 per dolar AS,” ujar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada kumparan, Jumat (18/9).
Dia bilang, ada sejumlah faktor yang membuat rupiah hanya menguat tipis. Dari sisi eksternal, keputusan Federal Reserve mempertahankan suku bunga mendekati nol, yang diprediksi hingga 2023, juga membuat investor optimistis.
The Fed mempertahankan suku bunga rendah yang saat ini mencapai 0-0,25 persen demi mendorong lapangan tenaga kerja yang maksimum dan inflasi di atas target 2 persen.
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Selain itu, The Fed juga memperkirakan perekonomian AS akan terkontraksi 3,7 persen di tahun ini, mengecil dibandingkan perkiraan sebelumnya minus 6,5 persen.
ADVERTISEMENT
Dari sisi domestik, keputusan BI menahan suku bunga 4 persen dinilai mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, di tengah tekanan yang berpotensi masih terjadi di pasar keuangan. Namun tidak hanya suku bunga, BI juga mengumumkan bakal menempuh langkah-langkah lanjutan.
“Selain itu, ketidakpastian ekonomi akibat meningkatnya kasus COVID-19 juga masih menjadi tantangan bagi perekonomian Indonesia. Keputusan DKI Jakarta untuk melakukan PSBB ketat juga dinilai akan mempengaruhi perekonomian domestik, apalagi Jakarta menyumbang hampir 18 persen ke ekonomi nasional,” jelasnya.
Terakhir yang tak kalah pentingnya bagi investor adalah Revisi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Mereka khawatir independensi BI akan tergerus dengan revisi beleid tersebut.
Meski demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan bank sentral akan tetap independen. Hal ini pun dijamin oleh Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
“Dapat kami sampaikan dan kita sudah mencermati. Pada tanggal 2 September 2020, presiden tegaskan dan menjamin independensi BI. Dalam kesempatan ini, beliau memberikan penjelasan bagi koresponden asing," ujar Perry dalam konferensi pers online, Kamis (17/9).
Ke depan, BI memandang nilai tukar rupiah berpotensi kembali menguat, seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued. Hal ini didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun.
“BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” tutur Perry.