BI Terus Berupaya Minta Perbankan Pangkas Bunga Kredit

5 Februari 2020 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur BI Perry Warjiyo saat saat Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). 
 Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI Perry Warjiyo saat saat Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meminta agar seluruh perbankan nasional memangkas bunga kredit untuk menggenjot perekonomian Indonesia. Sepanjang 2019, BI telah 4 kali menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 Days Repo Rate.
ADVERTISEMENT
Sehingga, Perry menilai, perbankan pun bisa mengikuti kebijakan BI dengan memangkas suku bunga kredit.
"Tahun lalu, kita menurunkan suku bunga 4 kali. Tentu saja kami tetap berusaha meminta bank memangkas subung (suku bunga)," ujar Perry dalam Mandiri Investment Forum 2020 di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (5/2).
Di sisi lain, BI memprediksi kredit perbankan bakal tumbuh hingga 12 persen tahun 2020. Perkiraan pertumbuhan didorong oleh optimisme membaiknya hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang membawa angin segar untuk Indonesia.
Foto bersama para pembicara di acara Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (5/2). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Kata dia, Indonesia dan berbagai negara selalu mengikuti tren pertumbuhan ekonomi global. Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi akibat bunga kredit yang dipangkas oleh perbankan nantinya bisa berdampak baik bagi siklus keuangan.
ADVERTISEMENT
"Kalau ekonomi naik, permintaan kredit akan naik, dan siklus keuangan akan naik. Itu kenapa kita prediksi pertumbuhan kredit tahun ini sampai 12 persen. Memang kami catat di November hingga Desember tahun lalu sekitar 7 persen," kata dia dalam paparan Rapat Dewan Gubernur BI di Gedung BI, Jakarta, Kamis (23/1).
Meski begitu, Perry pun mewanti-wanti kenaikan hingga 12 persen belumlah optimal. Sebab, kata dia, dalam jangka dua tahun ke depan, kredit akan tinggi dengan pertumbuhan ekonomi yang akan lebih tinggi.
"Apa surplus sampai 12 persen itu sudah optimal? Belum. Waktu kami perkirakan surplus 12 persen karena pertumbuhan ekonomi selama ini masih rendah dan siklus keuangan naik," ucapnya.