news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BI Ungkap Naiknya Harga Telur Ayam akan Jadi Penyumbang Utama Inflasi November

27 November 2022 17:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Telur ayam ras di Pasar Cijantung Jakarta. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Telur ayam ras di Pasar Cijantung Jakarta. Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
Naiknya harga telur ayam ras dinilai bakal menjadi penyumbang utama inflasi di November 2022. Saat ini, harga telur ayam di pasaran berada di kisaran Rp 31 ribu hingga Rp 32 ribu. Harga tersebut berada di atas harga acuan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk telur ayam, yaitu Rp 27 ribu per kg.
ADVERTISEMENT
"Harga telur lagi naik. Ini sisa beli kemarin saya jual Rp 31 ribu sampai Rp 32 ribu. Kalau harga hari ini belum tau, soalnya belum beli lagi. Tapi kemungkinan naik juga," kata Nia, pemilik warung kelontong di daerah Pasar Minggu, Minggu (27/11).
Berdasarkan situs Harga Pangan, rata-rata harga telur ayam ras Rp 29.300. Dari semua provinsi, harga telur ayam ras termahal ada di Papua senilai Rp 40 ribu per kg. Kemudian disusul oleh harga telur di Maluku yang sebesar Rp 39 ribu per kg. Sementara di DKI Jakarta, harga ayam terpantau rata-rata sebesar Rp 28.850 per kg.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, mengungkapkan telur ayam ras menjadi penyumbang inflasi di November 2022. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV November 2022, diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan atau month to month (mtm).
ADVERTISEMENT
"Komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 sampai dengan minggu keempat yaitu telur ayam ras dan tomat masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm)," kata Erwin dalam keterangan resminya.
Kemudian ada daging ayam ras, air kemasan, emas perhiasan, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), tempe, jeruk, sawi hijau, tahu mentah, beras, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm). Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu cabai merah sebesar -0,09 persen (mtm), cabai rawit sebesar -0,03 persen (mtm), serta bawang putih dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," tutur Erwin.
ADVERTISEMENT