Biang Kerok Bulog Sulit Serap Beras Petani: Harga Gabah Meroket

23 November 2022 15:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memanggul karung berisi beras usai pengepakan dari mesin 'rice to rice' (RTR) sebelum kunjungan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di kompleks pergudangan modern Perum BULOG di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (11/3/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memanggul karung berisi beras usai pengepakan dari mesin 'rice to rice' (RTR) sebelum kunjungan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di kompleks pergudangan modern Perum BULOG di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (11/3/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) menganggap salah satu alasan Perum Bulog sulit menyerap beras petani adalah harga gabah yang kini meroket.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data NFA per 22 November 2022, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat produsen sudah menyentuh Rp 4.200 per kg, dan Gabah Kering Giling (GKG) sudah Rp 5.730 per kg.
"Hari ini untuk mencari gabah di lapangan dengan harga Rp 4.200 sulit, kemudian dari laporan harga gabah di atas Rp 5.000 di atas Rp 5.500. Tentu ini rebutan gabah juga di market," kata Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam RDP Komisi IV DPR RI, Rabu (23/11).
Hingga 22 November, stok beras di Bulog mencapai 594.856 ton yang terdiri dari beras komersial 168.283 ton dan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) 426.573 ton. Hingga akhir tahun, Bulog ditargetkan dapat menyimpan pasokan 1,2 juta ton.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi. Foto: Akbar Maulana/kumparan
Stok Bulog tahun ini merupakan yang terendah dibanding dua tahun sebelumnya. Rata-rata pasokan Bulog pada 2020 dan 2021 tembus di atas satu juta setiap bulannya.
ADVERTISEMENT
Namun untuk 2022 ini, pasokan Bulog yang tembus satu juta hanya pada periode April, Juni, dan Juli. Arief mengatakan, target 1,2 juta di Desember 2022 nanti akan menjadi krusial dalam menjaga stabilitas beras di dalam negeri.
"Bisa jadi kalau kondisinya seperti ini, stok kita akan turun terus sampai 342 ribu ton, dan ini menurut kami sebagai Badan Pangan Nasional sangat bahaya karena Bulog tidak bisa intervensi pada saat kondisi tertentu pada saat harga tinggi," kata Arief.