Biasa Bersaing Sengit, Kini Burger King Malah Sarankan Konsumen Beli McDonald's

4 November 2020 11:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burger King Foto: REUTERS/Kacper Pempel
zoom-in-whitePerbesar
Burger King Foto: REUTERS/Kacper Pempel
ADVERTISEMENT
Dua restoran fast food terkemuka asal Amerika Serikat (AS), Burger King dan McDonald's, kerap dicitrakan bersaing sengit. Dua seteru tersebut selama ini bersaing dalam hal menu hingga kinerja keuangan.
ADVERTISEMENT
Untuk kinerja kuartal III 2020 misalnya, Reuters menyandingkan kinerja keuangan Burger King Worldwide Inc untuk wilayah AS dan Kanada, yang tumbuh positif dibandingkan McDonald's Corp yang membukukan pertumbuhan penjualan terburuk dalam sembilan tahun terakhir.
"Kami mempertahankan penjualan dan bagian yang kami yakini telah kami peroleh awal tahun ini," kata Direktur Keuangan Burger King, Daniel Schwartz dalam wawancara dengan Reuters, Kamis (29/10).
Schwartz menolak mengungkapkan, apakah pertumbuhan bisnisnya disokong oleh konsumen McDonald's yang beralih ke Burger King atau tidak. Tapi yang pasti, pandemi kini telah meredakan perseteruan Burger King dan McDonald's.
Ada yang berbeda dengan yang dilakukan Burger King di masa pandemi COVID-19 ini. Burger King di Inggris, justru mendorong konsumen untuk membeli produk McDonald's. Dorongan itu diungkapkan Burger King Inggris, melalui salah satu cuitannya di akun twitter mereka.
Patung Ronald McDonald di Bangkok, Thailand, mengenakan masker Foto: Shutter Stock
"Kami tidak pernah berpikir akan meminta Anda melakukan ini, tetapi restoran yang mempekerjakan ribuan staf benar-benar membutuhkan dukungan Anda saat ini," tulis Burger King dalam sebuah flyer berjudul Order From McDonald's (Belilah dari McDonald's).
ADVERTISEMENT
Meski menyebut McDonald's dalam judul unggahannya, tapi Burger King juga mempromosikan sederet restoran fast food lain, seperti KFC, Subway dan Domino's Pizza, Pizza Hut, Five Guys, Greggs, Taco Bell, Papa John dan Leon.
Untuk diketahui Inggris akan kembali memberlakukan lockdown mulai Kamis (5/11), setelah kasus positif COVID-19 kembali meningkat di negara itu. Kebijakan lockdown ini paling memukul usaha perhotelan dan kuliner, karena tak memungkinkan pelanggan untuk makan di tempat.